MENGENAL ILMU SOSIAL PROFETIK
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Di Indonesia perkembangan ilmu pengetahuan menjadi bahan kajian sejumlah cendekiawan dan kaum intelektual di Indonesia, tekhusus pada ilmu-ilmu sosial. Tentu muncul pertanyaan mendasar mengapa ilmu social menjadi bahan kajian khusus oleh para cendekiawan kan? Jika ditanyakan jawabannya, maka jawaban yang muncul mengenai hal itu adalah karena ilmu-ilmu Sosial di Indonesia saat ini masih mengadopsi ilmu-ilmu dari barat. Ilmu sosial yang ada saat ini tidak dapat muncul dari alam pikiran histori bangsa sendiri. Karena dari itu, ilmu Barat menjadi kiblat bagi ilmu yang berkembang di Negara-negara berkembang khususnya Indonesia sendiri. Penjajahan intelektual berlangsung melalui legitimasi ilmu-ilmu sosial yang dipelajari dan dikembangkan di Indonesia. Orientalisme telah mempengaruhi ahli-ahli sejarah dan cendekiawan Indonesia dalam mengkaji Ilmu Sosial.
Indonesia cenderung masih mengkonsumsi besar-besaran teori-teori dari luar. Barat dianggap absolute dan mutlak untuk dipelajari. Dalam dekade ini saja, ilmu sosial masih mengalami kemandekan (stagnasi). Ilmu Sosial dibutuhkan bukan hanya mampu menjelaskan fenomena sosial, namun juga dibutuhkan untuk mentransformasikan fenomena sosial tersebut, kearah mana transformasi dilakukan, untuk apa dan oleh siapa?
Menurut refleksi Kuntowijoyo dalam menghadapi persoalan ini, ilmu sosial akademis dan ilmu sosial kritis, belum bisa memberikan jawaban yang jelas. (Kuntowijoyo, 2006:86, AM Saefuddin, 2010:39-49). Jalan keluar yang ditawarkan Kuntowijoto ialah dengan membangun ilmu sosial profetik yaitu suatu ilmu sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa.
Ilmu Sosial Profetik merupakan perspektif alternatif yang dilahirkan oleh seorang Cendekiawan Muslim Kuntowijoyo untuk menghadapi posisi dunia pemikiran yang cenderung tunduk pada perspektif pemikiran Barat yang sekuler dan bebas nilai, yang tidak sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya (islam). Oeh karena itu, dari sisi pemikiran Pak Kunto, telah melakukan ikhtiar yang cerdas,kreatif dan jernih yaitu dengan gagasannya untuk melahirkan suatu paradigma ilmu yang dapat mempertemukan antara tradisi pemikiran Barat yang rasional dipengaruhi oleh struktur sosial masyarakat industry dan tradisi pemikiran timur yang dekat dengan nuansa religious-mitos sangat kuat dipengaruhi oleh struktur sosial masyarakat agraris. Itulah yang beliau sebut dengan nama Ilmu Sosial Profetik. (Nasiwan, 2014:125).
kemudian gagasan beliau mengenai Ilmu Sosial Profetik inilah yang diharapkan dapat mentransformasikan ilmu-ilmu social yang selama ini masih mengalami stagnasi dan masih mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang cenderung sekuler.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H