Mohon tunggu...
Iis Ernawati
Iis Ernawati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sedang belajar Ilmu Komunikasi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta semester 3 dan mengenal forum kompasiana semenjak mendapat tugas. Salam Kompasiana!^^ Rumah Penulis : www.rumakata.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Berdiskusi

14 Desember 2012   10:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:40 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dikalangan manapun sesuatu yang dibicarakan secara bersama pasti menggugah minat. Mengupas permasalahan yang sedang dihadapi lalu mengemukakan berbagai solusi. Setiap anggota mengemukakan pendapat dan saling beradu argumen. Mempertahankan apa-apa yang diyakininya. Ajang diskusi merupakan jalan pertukaran pikiran yang paling menjanjikan. Berharap nantinya para anggota mendapatkan jawaban atas apa terganjal di hatinya. Sebuah pencerahan yang mampu membawa pada suatu perubahan, baik itu pola pikir maupun pengalaman.

Penulis sering mengikuti berbagai macam ajang diskusi. Selain mendapat hal baru juga sebagai ajang perbandingan. Jujur, mayoritas kegiatan diskusi yang penulis ikuti berakhir dengan sebuah tanda tanya besar, kurang puas dengan setiap jawaban maupun cara-cara berdiskusi yang terkadang beralih menjadi ajang debat kusir yang tak berkesudahan. Bukannya pikiran menjadi cerah, malah semakin keruh karena diskusi kurang berjalan lancar.

Kadang orang lupa bahwa diskusi bukanlah acara debat, melainkan tempat tukar pikiran. Debat dan diskusi punya tempat berbeda yang sebetulnya tak boleh disatukan. Walaupun sesekali boleh, namun alangkah baiknya tidak mendominasi.

Debat dirancang untuk saling beradu pendapat disertai alasan dan malah diperbolehkan mengukuhkan pendapatnya jika memang itu dibutuhkan. Tentunya tidak berlaku secara serampangan dan saling menjatuhkan. Ada etika-etika dan aturan sendiri yang bermain didalamnya. Menjadikan acara perdebatan tetap santun dan elegan. Adapaun menggunakan bahasa yang lugas dan sederhana agar mudah dicerna dan tidak terjadi keambiguan makna. Saling memberikan kesempatan dan tidak memotong pembicaraan sebelum perkataan selesai. Boleh menyela asal mengangkat tangan sebelum menyampaikan pendapat. Dengan adanya keteraturan itu diharapkan debat dapat menemukan titik temu lalu dikembalikan lagi pada asumsi awal bahwa debat bukan ajang pamer kepintaran dan tempat perkelahian.

Berbeda halnya dengan diskusi, forum ini seharusnya berjalan lebih santai dan terbuka. Istilah saling memberi dan menerima berlaku disini. Setiap orang bebas berbicara dan mengemukakan pendapat.

Sayangnya, terkadang apa yang direncanakan meleset di lapangan. Banyak para peserta yang menjadi terbawa suasana dan terpancing oleh argumen teman yang kurang sependapat dengannya. Lantas muncul keegoisan pribadi yang tak terhindari. Ideologi-ideologi berbeda yang semestinya tidak diijinkan dibawa ke forum lalu tumpah ruah. Setiap orang tiba-tiba jadi berbeda dan fanatik dengan apa yang selama ini diyakininya. Mereka berubah haluan menjadi sekelompok orang yang menakutkan, saling menjatuhkan satu sama lain. Tanpa disadari munculah beberapa kelompok besar yang menguasai acara dan berusaha saling menguasai. Bahkan parahnya lagi diskusi yang mulanya nyaman dan santai berganti suasana bak pasar, tawuran dan saling lempar. Logika dan pikiran yang semula jernih terkontaminasi oleh nafsu marah. Diskusi kehilanagan arah dan tujuannya.

Mengingat segala sesuatu tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan manusia dan ajang tukar pikirnya. Seseorang boleh melakukan improvisasi asal masih berada pada tata aturan. Menyadari bahwa isi dunia ini berbeda dan orang-orangnya. Hendaknya kita melakukan tolak ukur pada diri sendiri. Seberapa banyak ilmu kita, orang-orang jelaslah tidak sama dan belum tentu mereka mampu memahami begitu saja apa yang kita maksudkan. Karena forum milik bersama jangan biasakan mendominasi waktu ataupun pembicaraan. Lakukanlah secara mengalir dan tanggapilah setiap lontaran kata secara lapang dada dan pikiran jernih. Hindari prasangka negatif pada kemampuan lawan bicara, perlakukan bahwa dia memang pantas berbicara dan didengarkan.

Jangan segan-segan mengeluarkan apapun yang ada di benak kita selagi masih menyangkut pada tema. Juga menanyakan kembali kejelasan perkataan kita. Apakah mereka sudah mengerti atau perlu diulangi. Sering-seringlah berdiskusi untuk mengasah kemampuan bicara dan ketajaman berpikir. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Kudapan ringan sore hari, semoga bermanfaat^^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun