Mohon tunggu...
Iema Siti Nurachma
Iema Siti Nurachma Mohon Tunggu... lainnya -

Seseorang yang ingin belajar menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Warga Saudi...Inginkan TKI kembali

8 April 2012   06:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:53 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13338670941545970219

Ruangan ini disebut gurfa azuz(ruangan orang tua)ruangan 10 x10 meter,biasanya setiap ada pesta pernikahan,para nenek arab tidak ingin mendengarkan musik mereka diam disini minum kopi,teh dan jus yang disediakan oleh gedung,dan disini pula para TKI yang bekerja dirumah tangga berkumpul bersama nenek-nenek,ikut majikannya kondangan. Tapi sudah 3 bulan terakhir ini pemandangan itu sudah jarang saya lihat,dulu apabila yang mengadakan pesta pernikahan misalnya orang Badu(Saudi Asli)hampir 25 TKI memenuhi ruangan ini,mungkin karena moraturium dan pemulangan TKI yang semakin banyak. Dan 2 bulan terakhir ini banyak sekali para madam(ibu-ibu rumah tangga Arab)yang datang berpesta mereka selalu mendekati kami sebagai TKI yang menjadi pelayan,awalnya mereka hanya say hai,lanjut ngobrol tanya jawab,dan ujung-ujungnya minta dicarikan pembantu/TKI,mereka menyatakan perasaan yang sedih dengan adanya moraturium dari pemerintah kita, mereka kewalahan,tidak bisa mengurus rumah,dan anak-anak(maklum kebanyakan paling sedikit anak mereka 6),maklum madam tidak biasa bekerja ngurus rumah,yang penting mereka bisa cantik didepan suaminya,belanja dan berpesta itulah gaya salah satu madam yang saya nilai dari dalam,walaupun tidak semua, bahkan ngurus anak,mereka hanya mengandung bayinya kemudian melahirkan selanjutnya itu urusan pembantu,makanya banyak TKI bilang yang sedang ngasuh anak,mereka bilang ini anak pembantu ha...ha... Kembali ke masalah madam mendekati kami,percakapan 5 hari yang lalu saat pesta pernikahan orang Hadeer(marga Saudi blesteran misalnya:Syria,Mesir,Libanon,Palestine,Iran,dll),salah satu percakapan saya dengan warga Madina,saat saya sedang menjaga pintu Buffe(ruang makan),sudah bebas tugas pelayanan hanya duduk sambil membaca novel,tiba-tiba madam cantik turunan Syiria menghampiri,kemudian kami ngobrol asyik seperti sudah kenal lama,dia melontarkan beberapa pertanyaan pada saya tentang mengapa adanya moratorium,sayapun menjelaskan pernyataan yang saya ketahui,dari mulai hebohnya qhishas(hukuman mati),sampai ke peraturan yang Indonesia minta mengenai Asrama untuk TKI,sang madam mengangguk-angguk tanda mengerti,kemudian dia mengungkapkan pernyataannya karena belum mendapatkan TKI, Madam:"saya marah karena tidak punya Indonesia dirumah,2 bulan yang lalu dia safer(Pulkam)saya tidak tahu akan adanya moratorium,saya kebingungan ngurus anak-anak dan rumah,sesekali saya pinjam pembantu milik mamah,tapi dia orang habasia(Etopia),walaupun kerjaannya kurang bersih apa boleh buat,hanya itu yang bisa meringankan pekerjaan rumah saya," Saya:"kenapa madam tidak ambil Habasia saja atau filipine?" madam:"saya belum berani,mereka bau,mereka kerjaannya kurang bersih,males,dan mereka cepat sekali kabur,apabila sudah punya pacar,kalau fhilipine mereka belum tentu asli muslim", saya:"mungkin tidak semuanya?" madam:"mungkin,tapi pasti mereka mempunyai salah satu kriteria seperti itu!!!,kalau Undunisi(Indonesia)Massyaallah dari segi apapun mereka pekerja jempolan"saya fikir adanya qhisos itu hanya pada TKI yang bersalah,kesalahanpun tidak akan terjadi apabila tidak ada sebab,kalaupun banyak TKI ilegal,mereka kaburan,saya rasa bukan kehendaknya menjadi kaburan,tapi mungkin masalahan pekerjaan yang kurang dia sanggupi ataupun majikannya jahat,saya tahu sifat orang-orang Arab keras,karena saya orang Arab,tapi tidak semua orang Arab,bukan sombong,salah satunya saya,pembantu saya yang pulang dia merasa betah kalau bukan alasan pulang mau menikahkan putra pertamanya,pekerjaan rumah memang berat saya tahu tapi saya senangkan hatinya dengan membelikan dia Hand Phone untuk berkomunikasi,saya jatah pulsanya seminggu sekali,hadiah lebaran,pakaian baru,lebih dari 2 tahun saya hajikan dan tidak ada batasan makanan dirumah kami,saya rasa cukup membetahkannya dalam bekerja", saya:"betul madam mungkin hanya sekian persen dari 100% orang yang baik seperti madam ini(saya memujinya karena orang Arab senang dipuji)". madam:"ya...tapi mudah-mudahanlah moratorium berakhir,karena kami sebagi warga Arab membutuhkan TKI. Hand phonenya berdering,menandakan misscall dari orang yang menjemputnya,diapun pamit pulang. kemudian saya berfikir,tentang masalah moratorium,dan aturan terakhir yang diminta pemerintah kita, kenapa harus meminta asrama??? TKIkan pembantu bukan Princessa yang diantar jemput kerja"INGAT LHO INI ARAB SAUDI PEREMPUAN TERLINDUNGI ANTAR JEMPUT ITU WAJIB,(sok tau saya yang berada dimedan Saudi) padahal kalau adanya asrama TKI akan murtad,karena mereka yang kesepian akan sesuka hati mencari pasangan dan akhirnya perzinahan hukumnya lebih sadis,diapakan???ya...dirajam(dilempar batu sampai meninggal),sudah begitu siapa yang repot???balik lagi kepemerintah. Kenapa tidak buat aturan begini saja!!! *TKI diwajibkan membawa Hand phone dari Indonesia *TKI diharuskan dibekali nomor telepon Agent/kantor Kedutaan Indonesia,nomor-nomor penting yang bisa dihubungi apabila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. *TKI harus mengetahuai calon majikan,pekerjaannya dan nomor telepon calon majikan saat berada dikantor penampungan TKI,agar keluarga dan kantor tahu sehingga gampang menghubungi apabila TKI sudah berada ditujuan dan belum memberi kabar, bukan harus minta menyertakan identitas keluarga dan photo-photonya,ya...mana setujulah orang Saudi negara tertutup,bu...pak jangankan diminta photo ditanya namapun mereka ga akan jujur,mereka banyak haram dan aeb(pamali), Tapi apapun yang dilakukan pemerintah kita itu seperti moratorium adalah perlindungan terhadap rakyatnya yang menjadi TKI, semoga pemerintah kita akan terus melindungi para Pahlawan Devisa dengan cara yang masuk akal dimanapun. Salam kompasiana Madina...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun