Mohon tunggu...
Nur IdMubarok
Nur IdMubarok Mohon Tunggu... Supir - tampan tapi jomblo

padi sudah terlanjur jadi nasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyambut Bulan Suci Ramadan dengan Tradisi Megengan

20 Juni 2019   10:35 Diperbarui: 20 Juni 2019   10:49 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap daerah di Indonesia seperti di jawa pasti memiliki tradisi tersendiri untuk menjelang bulan suci Ramadhan. Seperti di Jawa memiliki tradisi yang unik yang dilakukan di akhir bulan Ruwah atau Sya'ban yang dikenal dengan nama Megengan. 

Megengan merupakan suatu tradisi yang sudah melekat pada kehidupan masyarakat Jawa. Karena pada dasarnya megengan sudah mendarah daging sejak zaman dahulu hingga sekarang. 

Walaupun sekarang peraubahan zaman sudah modern tradisi megengan masih tetap di lestarikan pada masyrakat jawa. Istilah megengan berasal dari bahasa jawa yaitu megeng yang artinya menahan. Maksudnya yaitu menahan dari segala hawa nafsu di bulan Ramadhan.

Tradisi megengan ini asal mulanya di perkenalkan oleh Sunan Kalijaga melalui dakwahnya di jawa melalui metode akulturasi budaya. Karena sebelumnya megengan ini sudah ada pada masa pemerinthan Majapahit yaitu Ruwahan yang berasal dari kata Ruwah. Di mana pada saat pemerintahan Majapahit, Ruwahan itu suatu tradisi membuat sesajen untuk arwah yang tidak boleh dimakan. 

Namun, tradisi tersebut kemudian perlahan dirubah oleh Kanjeng Sunan menjadi adat tradisi Megengan yaitu sesajen di rubah dengan makanan yang bisa dibagikan dan dimakan bersama. 

Tradisi megengan di lakukan masyarakat jawa untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang di laksanakan pada akhir bulan Sya'ban atau Ruwah untuk menandai bahwa sebentar  lagi masuk bulan Ramadhan. 

Yang mana di dalam bulan tersebut umat islam di wajibkan menahan diri dari hawa nafsu pada saat berpuasa. Selain sebagai arti menahan diri, megengan juga mempunyai arti sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas datangnya bulan suci ramadhan yang penuh ampunan dan keberkahan tersebut. Selain itu tradisi megengan tersebut juga bertujuan untuk mendoakan arwah atau orang orang yang sudah meninggal.

Tradisi megengan sendiri identik dengan bancakan atau tasyakuran, dengan membuat makanan yang disebut masyarakat sebagai "Ambengan" yang terdiri makanan pokok berupa nasi dengan lauk pauk yang bermacam-macam, mulai dari ayam, telur, sayur-sayuran, mie goreng, tempe, tahu dan lain lain.

Tradisi megengan ini merupakan salah satu bentuk ritual tradisional masyarakat Desa Pesagi, Kecamatan Kayen, kabupaten Pati, yang sudah berlangsung secara turun temurun dari nenek moyang orang jawa zaman dahulu. 

Dalam pelaksanaan tradisi megengan di Desa Pesagi ini mungkin berbeda dengan tempat yang lainnya. Karena setiap daerah mempunyai keunikan tersendiri dalam tradisi. 

Namun tradisi Megengan yang ada didesa Pesagi ini mengarah pada suatu konsep tasyakuran, atau dalam bahasa jawanya biasa di sebut dengan "Selametan". Masyarakat Pesagi dalam melakukan tradisi megengan ini biasa di lakukan dengan cara melakukan selametan di Masjid maupun di Musholla atau Langgar yang ada di tiap rukun tetangga atau RT, yang dihadiri oleh semua masyarakat setempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun