Mohon tunggu...
Idzma Mahayattika
Idzma Mahayattika Mohon Tunggu... -

Ayah 2 anak ini merupakan seorang family hypnoterapis, grafolog, coach, trainer dan praktisi pendidikan anak di Kidzsmile Foundation (yayasan Senyum Anak Indonesia). ia merupakan anggota National Guild of hypnotist, Inc, USA dan The Indonesian Board of hypnotherapy. Selain dengan metode hypnosis, dalam melakukan terapi dan coaching Kak Idzma juga menggunakan metode EFT (Emotional Freedom Technic), NLP (neuro linguistic programming), play-art, ego state dan metode-metode lainnya. Kak Idzma memang sangat cinta dengan anak-anak, beliau suka mendongeng untuk anak-anak. saat ini Kak Idzma juga sedang mendalami Pendidikan Anak Usia Dini di Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. Ia juga seorang relawan kemanusiaan yang memiliki banyak pengalaman dalam bidang kebencanaan. Ia berpengalaman terjun langsung untuk mengatasi trauma anak-anak dan orang tua pada berbagai daerah bencana di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

HypnoParenting: Anchor Peluk Vs Gendong

28 November 2012   04:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:34 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sini, peluk sama Ayah”

Kalimat yang selalu saya katakan ketika Gaza dan Filan sedang menangis atau merasa tidak nyaman. Kemudian, saya memeluk mereka dengan penuh kasih saying untuk menenangkan dan membuat nyaman. Saya menggunakan kata peluk untuk meng-anchor kata “peluk” di  pikiran bawah sadar saya, Gaza dan Filan.  Sehingga ketika saya bilang “peluk”, maka pikiran bawah sadar saya akan mengakses “kondisi” atau “state” diri saya yang “penyayang, menenangkan dan melindungi”. Disisi lain kata “peluk” akan membuat pikiran bawah sadar Gaza dan Filan mengakses kondisi “disayang, ditenangkan dan dilindungi”. Jadi buat saya, kata peluk sama dengan “menenangkan, menyayangi dan melindungi”. Dan buat Gaza&Filan kata “peluk” sama dengan “disayang, ditenangkan dan dilindungi”.

Kenapa saya menggunakan kata peluk? Bukan gendong? Padahal yang saya lakukan seringkali mirip menggendong atau bahkan sebenarnya menggendong. Betul, sebenarnya posisi pelukan saya juga seringkali berbeda-beda tergantung maunya Gaza dan Filan. Walaupun saya juga punya posisi pelukan andalan, Gaza atau Filan saya peluk di dada dengan tangan saya mendekap punggungnyaJ

Kalau saya menggunakan kata gendong, saya akan kesulitan ketika anak-anak sudah besar. Hei! Kan berat kalo harus gendong anak kalo dia sedang menangis. Apalagi kalo dia meronta-ronta! Susaaah! Sekarang saja saya kesulitan, kalo keduanya nangis dan minta gendong. Nah kalo peluk? Kan tidak harus digendong/diangkat.  Pelukan bisa dilakukan sambil berdiri, jongkok, duduk, bahkan tiduran. Bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di kamar, di luar ruangan bahkan di dalam mobil. Kalo Gendong? Emang bisa gendong anak di mobil?

Itulah alasan kenapa saya menggunakan kata peluk ketika menenangkan anak-anak ketika menangis, tidak nyaman atau tidak aman. Sederhana dan mudah. Contoh Gaza (3thn) menangis ketika terbangun dari tidurnya, saya pun sedang tidur. Karena tidur di kamar yang terpisah, Ia lari menuju saya. Saya yang sedang tidur nyenyak pasti akan pusing ketika terbangun dan langsung berdiri mendengar tangisan Gaza. Dengan kata sakti “sini, peluk sama Ayah” dan pelukan sambil tiduran, ia pun kembali tenang dan tertidur. Sederhana kan?

Nah setelah membaca penjelasanku diatas, pasti timbul pertanyaan apa itu “anchor”? lalu bagaimana membuat atau menanamnya? “anchor” adalah  tombol pikiran-perasaan. Sesuatu yang akan membuat kita memunculkan sebuah pikiran atau perasaan. “Anchor” ini bisa berupa suara, sentuhan atau sesuatu yang kita lihat. Contoh : setiap melihat lampu lalu lintas menyala warna merah, apa yang anda pikirkan? Berhenti bukan?. Atau ketika anda mendengar kata “sayang”, tiba-tiba muncul perasaan ketika disayang oleh istri atau suami di rumah. Misalnya lagi ketika ada yang menyentuh punggung anda, maka muncul perasaan ketika disayang sambil diusap punggungnya oleh orang tua. Nah “lampu merah” itu anchor untuk “berhenti”, kata “sayang” itu anchor untuk perasaan disayang istri atau suami  dan “sentuhan punggung” itu anchor untuk perasaan disayang orang tua. Nah Anchor ini berbeda di masing-masing orang, karena kan pikiran dan perasaannya berbeda.

Bagaimana membuat atau menanamnya? Caranya sederhana, yaitu dengan memberikan perlakuan yang sama pada sebuah hal berulangkali. Misal Saya memberikan perlakuan sama ketika anak saya menangis. Yaitu dengan mengatakan “sini, peluk sama ayah” dan memeluknya. Sehingga kata peluk ini akan menjadi anchor buat anak-anak saya. Anchor ini juga bisa terbentuk secara tidak sengaja, misal setiap kali marah, ayah&bunda marah pada anak sambil menunjuknya. Bisa jadi, ketika ada orang yang menunjuknya ia akan mengakses pikiran atau perasaan dimarahi,karena ditunjuk menjadi anchor untuk dimarahi. Anchor juga bisa ditanam ketika intensitas perasaannya sedang tinggi, atau ketika dilekatkan dengan sebuah emosi yang dalam. Misal ketika anak sedang sangat sedih ketika orang tuanya meninggal, kemudian ia saat itu sedang menggunakan sebuah Topi. Topi itu bisa menjadi anchor dari perasaan sedih tersebut. Sekarang sudah paham kan? sudah siap mempraktekannya kan? Anchor apa yang akan ayah&bunda tanam di ananda? Oh iya…Sssst…anchor ini jg bisa ditanam untuk mencapai kepuasan suami istri lho #uhuk :)J

Untuk Senyum Anak Indonesia

@K_IDZma

Family hypnotherapist-story teller-coach-Trainer

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun