Lalu si kyai mulai menepuk-nepuk pundak si pejabat dan mengatakan "Kamu akan kehilangan jabatanmu saat ini"
Si pejabat sangat terkejut dengan yang dikatakan oleh sang kyai. Ia seperti tidak mempercayai indera pendengarannya sendiri. "apa yang engkau katakan kyai, kenapa engkau malah menyumpahiku?, kenapa engkau begitu tega mengatakan hal tersebut kepadaku" si pejabat sangat marah, bahkan ia sudah sangat siap untuk melaporkan sang kyai kepada polisi.
"apa yang telah terjadimu tuan? Kenapa engkau begitu marah kepadaku?" jawab sang kyai.
"yo begini kisanak, engkau itu telah keliru dalam menafsirkan perkataanku.Â
Untuk apa aku harus menyumpahi dirimu?, aku hanya memberikan pernyataan 'engkau akan kehilangan jabatanmu saat ini' dan perkataan itu berlaku bagi setiap manusia, dan juga bagi setiap mahkluk hidup. Kita yang ada di dunia pasti akan kehilangan apa yang kita miliki saat kita mati. Apakah jabatan yang kamu miliki saat ini kekal?Â
Bukankah tuan tahu bahwa jabatan itu ada batas priode nya? Dan aku hanya menyampaikan hal tersebut kepada tuan, kenapa tuan malah memarahi saya? Rupanya tuan belum bisa mendengarkan kebenaran " jawab kyai dengan tersenyum.
Terkadang menerima sebuah kebenaran memanglah tidak mudah. Apalagi jika kebenaran tersebut tidak memihak dengan kita. Sebagaimana fitrah manusia ingin hidup dalam kebenaran. Menghindari rasa kecewa, bersalah, gagal, itu pun salah satu bentuk fitrah manusia. Itulah mengapa kebanyakan manusia selalu menghindari pertemuan dengan kebenaran saat kebenaran itu dipandangnya begitu pahit.
Gie seorang aktivis muda pernah berkata dalam bukunya 'umumnya orang tidak suka mendengar kebenaran, karena kebenaran itu seringkali menyakitkan'
Banyak sekali orang yang merasa tidak sanggup untuk mendengar kebenaran yang tidak sesuai dengan harapannya. Padahal, kebenaran adalah kebenaran, kita terima atau tidak. Kebenaran tidak akan susut nilaiinya. Bahkan Nabi Saw juga pernah bersabda "katakanlah kebenaran walau menyakitkan"
Lalu pada akhirnya akan timbul sebuah pertanyaan 'kenapa kita harus mengatakan kebenaran, kalau kebenaran itu menyakitkan untuk didengar? Bukankah itu sama dengan kita menyakiti orang lain? Kenapa kita tidak bersikap pura-pura tidak saja, agar tidak menyakiti hati orang lain'
Jawabannya sederhana saja, sebab karena kita mencintai dan peduli. Kita peduli dengan saudara, teman, sahabat, keluarga, client dan semua orang yang berada dekat dengan kita.Â