Mohon tunggu...
Idal Idul
Idal Idul Mohon Tunggu... -

Tidak sokolah tidak masalah, daripada sekolah cuma cari ijazah, habis-habisin uang saja, sekolah biayanya mahal, yang penting bisa baca tulis itu sudah cukup. Percuma sekolah jadi orang pinter kalau ujung-ujungnya cuma membodohi rakyat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Orang Harus Sekolah? Apa Tujuannya?

27 Juni 2013   07:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:22 5601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau bertanya apa tujuan sekolah kepada anak SD sudah dipastikan mereka tidak menjawab. Mereka disekolahkan oleh orangtuanya, bukan memilih sendiri untuk sekolah. Baru ketika masuk SMP baru mereka tahu apa tujuan mereka sekolah. Karena mereka sudah bisa memilih sekolahan untuk diri mereka sendiri. Walaupun kadang-kadang tetap dipaksa harus sesuai dengan sekolahan yang dicarikan oleh orangtuanya.

Kalau orangtuanya yang demokratis, biasanya tidak memaksakan anaknya untuk sekolah sesuai dengan kemaunnya saja. Harus sesuai kemaun anaknya juga. Orangtua hanya memberika refenrensi saja dan membiarkan anak untuk memilih sekolahan yang akan menjadi tempat belajarnya sendiri. Sekolah itu butuh waktu lama dan biaya yang banyak, kalau tidak sesuai keinginan akan jadi masalah dikemudian hari. Anak bisa mutung ditengah jalan karena tidak nyaman dengan sekolahan yang tidak sesuai dengan pilihannya.

Diawal pendaftaran sekolah setingkat SMP atau SMA bahkan kuliah, jika ditanya mengenai tujuan mereka sekolah jawabannya sangat beragam. Ada yang mencari ilmu, ada yang ingin mewujudkan cita-cita, ada yang ingin cari istri atau pacar, ada yang hanya mencari ijazah dan ada juga yang mencari status. Berdeda tujuan itu wajar-wajar saja, karena beda orang beda pemikiran. Kalau kata tetanggaku, sudah mau sekolah saja sudah lumayan, daripada dirumah nganggur.

Bagusnya anak itu diarahkan, atau dibiarkan saja memilih sekolah manapun sesuai tujuan dan cita-citanya? Mungkin semuanya juga tergantung orangtuanya, kalau agak otoriter sudah pasti mengarahkan anaknya. Tapi kalau demokratis membiarkan anaknya sendiri yang memilih. Semuanya pasti ada plus minusnya, mau otoriter maupun demokratis. Kalau otoriter takut tertekan, tapi kalau terlalu demokratis takutnya salah pilih, ternyata sekolahnya kurang kondusif.

Kenapa orang harus sekolah? Apa tujuannya? Apakah percuma jika sekolah cuma cari ijazah? Punya titel banyak, dihormati masyarakat itu mungkin salah satu tujuan sekolah. Kalau bahasa kerennya diajeni. Tapi kalau sudah sekolah tinggi-tinggi, sudah menghabiskan banyak biaya, malah ujung-ujungnya jadi penipu kan kasihan yang membiayai mahal. Memang maling atau penipu bukan tujuan dari sekolah, tapi terkadang ada kesempatan akhiranya jadi maling juga.

Anehnya ada juga yang sejak awal pengin sekolah tinggi biar jadi pejabat tinggi yang nantinya bisa banyak korupsi. Korupsi sudah jadi tujuan sejak awal, ini tidak sedikit, bahkan ada orangtua yang menyuruh anaknya bertujuan seperti itu. “Le, kamu sekolah yang tinggi, biar nanti bisa jadi pejabat tinggi, DPR atau Bupati, biar biar banyak korupsi. Lumayan bisa untuk ganti biaya sekolahmu yang mahal”, begitu kata salah satu orangtua kepada anak mereka.

Apapun alasan dan tujuannya, itu semua haknya anak, tapi kalau sejak awal sudah bertujuan pengin jadi koruptor, bagaimana kalau sudah sekolah tinggi nanti? Apakah hal itu harus didukung? Membiarkan orang bertujuan menjadi koruptor berarti membiarkan bibit-bibit koruptor tumbuh subur. Biarlah yang penting mau sekolah saja sudah syukur, begitu celetuk tetanggaku.

Jambi, 27 Juni 2013

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun