Mohon tunggu...
Destry IndraWibawa
Destry IndraWibawa Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Seorang Pembelajar dengan Disabilitas Erb's Palsy

Destry Indra Wibawa (He/Him)/ seorang disabilitas tangan kanan dengan diagnosa Erb's Palsy. Saat ini tertarik mempelajari isu disabilitas dengan menulis dan berdiskusi santai. Utamanya, topik olahraga disabilitas dan pendidikan menggugah seleranya untuk terus belajar. Selain bekerja sebagai abdi negara, Indra menghabiskan waktu bersama komunitas SeTaRa (https://www.instagram.com/semuatidakberjarak/)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Olahraga Disabilitas sebagai Gerakan

10 Februari 2023   23:57 Diperbarui: 11 Februari 2023   07:20 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Olahraga menjadi kendaraan bagi penyandang disabilitas untuk mengatasi inklusi sosial. 

Olahraga sebagai Penggerak Toleransi
Menumbuhkan toleransi dalam keberagaman untuk mewujudkan inklusi sosial bagi penyandang disabilitas dapat dilakukan melalui kegiatan informal dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah olahraga. Olahraga adalah bahasa universal yang memainkan peran unik identitas, nilai, dan budaya dalam mendobrak hambatan bagi setiap individu. Dalam arti sempit, olahraga menjadi arena yang mendorong perubahan positif, melawan kebencian dan membawa perdamaian, mempromosikan hak asasi manusia, memperdalam inklusivitas, membangun masyarakat yang lebih toleran dan kohesif.

Olahraga juga dapat dimaknai oleh pemuda sebagai sarana ideal untuk mendorong inklusivitas dan kesejahteraan penyandang disabilitas yang menghadapi hambatan sosial, termasuk  stigma sosial, persepsi negatif, pengucilan dari pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan di masyarakat. Sebagai pemuda penyandang disabilitas, saya mengikuti olahraga disabilitas sebagai atlet dan pengurus organisasi olahraga lokal bagi penyandang disabilitas di National Paralympic Committee Kulon Progo (NPC).

Saya bergabung dengan komunitas ini karena saya ingin terlibat aktif sebagai atlet, sekaligus menjadi bagian dari gerakan melawan ketidakadilan yang pernah saya alami. NPC adalah organisasi olahraga disabilitas lokal yang menyelenggarakan pembinaan olahraga bagi atlet difabel sekaligus menjadi wadah bagi kelompok-kelompok olahraga di masyarakat. Organisasi ini beranggotakan penyandang disabilitas dan nondisabilitas, dan juga memungkinkan partisipasi pemuda dalam menjalankan organisasi program untuk mengatasi hambatan sosial dan diskriminasi.

Perjalanan di bidang olahraga telah membuka mata saya bahwa olahraga tidak hanya dapat digunakan untuk menjaga kesehatan, tetapi juga untuk mengadvokasi ketidadilan dan melawan diskriminasi. Saya lahir dan dibesarkan di kabupaten kecil, Kulon Progo di mana penyandang disabilitas tidak sepenuhnya didukung untuk berpartisipasi dalam olahraga.

Masalah klasik di bidang olahraga
Ketika penyandang disabilitas berpartisipasi dalam olahraga, mereka menghadapi dua masalah utama.
Pertama, partisipasi penyandang disabilitas dalam olahraga dianggap tabu di masyarakat. Hingga saat ini, olahraga diklasifikasikan sebagai maskulin dan berbahaya, dan dianggap hanya dilakukan oleh mereka yang memiliki tubuh biologis yang dianggap lengkap dan kuat. Sedangkan, penyandang disabilitas dipandang sebagai subjek yang rentan dalam aktivitas yang melibatkan olah fisik.

Pelecehan, isolasi sosial, komentar negatif dan pelabelan yang tidak menyenangkan, dan mendorong pembentukan kebijakan isolasi adalah contoh dari hasil tindakan buruk ini. Ketika saya di sekolah menengah atas, saya menghadapi diskriminasi berupa dikeluarkan dari upacara penghargaan siswa berprestasi, karena prestasi saya berasal dari kejuaraan olahraga bagi siswa disabilitas. Keputusan sekolah ini sangat memilukan, perlakuan tersebut jauh dari nilai keadilan dan meremehkan potensi penyandang disabilitas atau pun sebagai murid untuk dalam hal olahraga.

Menyikapi ketidakadilan tersebut, saya dan rekan organisasi berupaya melakukan kegiatan sosialisasi tentang olahraga penyandang disabilitas di lembaga pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas guna mengedukasi personel sekolah untuk menghilangkan stigma negatif terkait keberadaan penyandang disabilitas di bidang olahraga khususnya pada lingkungan pendidikan.

Kedua, kurangnya aksesibilitas sarana dan prasarana olahraga membatasi keterlibatan penyandang disabilitas dalam olahraga. Sebagai contoh, seperti struktur stadion yang tidak dibuat sesuai dengan prinsip desain universal. Dengan hambatan ini, sulit bagi atlet dan penonton untuk menjangkau dan menggunakan fasilitas secara mudah.

Misalnya, tidak tersedianya ramp membuat sulit bagi pengguna kursi roda untuk memasuki gedung, dan mereka yang memiliki gangguan penglihatan memiliki tantangan yang signifikan saat mencoba menggunakan fasilitas gedung tanpa adanya guiding block. Selanjutnya, tantangan yang dihadapi atlet dalam bidang olahraga adalah masih adanya diskriminasi dalam hal pemberian bonus bagi atlet berprestasi. Atlet penyandang disabilitas yang meraih medali di kejuaraan regional sebelum tahun 2020 tidak mendapatkan bonus prestasi yang sama dengan atlet nondisabilitas. Ketimpangan ini menimbulkan jurang kesenjangan dan kecemburuan sosial bagi atlet penyandang disabilitas yang berhak mendapatkan bonus prestasi. Menanggapi persoalan ini, kami mendesak Bupati untuk mengalokasikan anggaran bonus prestasi bagi atlet difabel yang berprestasi. Tak hanya itu, kami juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan ketersediaan aksesibilitas pada tiap-tiap fasilitas publik, khususnya tempat olahraga, untuk memastikan aksesibilitas bagi semua ragam disabilitas.

Fasilitas olahraga harus memungkinkan partisipasi penyandang disabilitas dalam olahraga sebagai akomodasi yang wajar untuk kebutuhan penyandang disabilitas, dan lingkungan sosial yang dibangun harus menyediakan ruang yang aman dan dukungan bagi penyandang disabilitas. Kini, olahraga yang sering digunakan untuk meningkatkan kesehatan fisik telah berkembang menjadi platform untuk mengembangkan masyarakat inklusif bagi penyandang disabilitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun