Mohon tunggu...
Muhammad IdrusWaliulu
Muhammad IdrusWaliulu Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa

saya adalah mahasiswa di salah satu universitas di jakaarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perkembangan Suku Alifuru di Maluku

6 November 2022   14:49 Diperbarui: 6 November 2022   14:56 5534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Suku Alifuru merupakan manusia pertama yang menghuni kepulauan pulau seram dan wilayah di maluku. Namun nama Alifuru berasal dari bahasa arab yaitu alef dan uru yang artinya orang. Selain suku alifuru ada beberapa sebutan nama lain dari nama alifuru yaitu Alfur,Alfros,Alfuress atau Horaforas. 

Di dalam bahasa belanda Alfuren, nama alifuru ini berganti nama menjadi nusa indah tetapi ini tidak dipakai karena lebih dikenal dengan suku alifuru.

Dulunya suku alifuru ini satu kelompok tetapi pada beberapa lama kemudian dia terbagi menjadi dua kelompok yaitu suku alifuru gunung dan suku alifuru pesisir karena sudah lama terpisah alifuru gunung dan pesisir ini mempunyai gaya hidup yang berbeda, tetapi untuk tata cara kepercayaan tetap sama. 

Alifuru Gunung

Alifuru gunung mereka lebih memilih mengasingkan diri di dalam hutan yang lebat dan jarang atau tidak perna kelihatan dan berinteraksi dengan masyarakat luar atau suku-suku lainya yang berada di maluku. 

Suku alifuru gunung mereka hidup berpindah-pindah tempat, untuk tempat suku alifuru biasanya terlihat oleh masyarakat di pulau seram di jalur pendakian gunung binaiya, sebagian masyarakat alifuru ini masih menganut kepercayaan kepada makhluk halus dan roh-roh leluhur merupakan asas kperayaan agama yang mula-mula muncul dikalangan manusia primitif. 

Rumah suku Alifuru ini terbuat dari pohon sagu dan tidak menggunakan beton atau paku seperti sekarang rumah yang kita lihat saat ini, sambungan kayu dan tiang rumah diikat dengan tali rotan yang berasal dari tumbuhan seperti bambu, untuk atapnya tersendiri mereka membuat dari daun pohon sagu atau daun nipa  Rumah suku alifuru ini memiliki ukuran 15x8m dan tidak memiliki dinding pembatas ruangan, untuk pembatasnya mereka menggunakan garis tiang untuk membedakan ruangan setiap keluarga.  Mereka tinggal bersama-sama yang dimana dalam satu rumah itu terdiri dari 10 keluarga.

Alifuru Pesisir

Suku alifuru pesisir ini berasal dari suku alifuru gunung yang pecah mereka berasal dari gunung manusela dan mereka lebih cepat berbaur dengan pendatang,pedagang yang datang berjualan di tana maluku pada zaman dulu. Suku alifuru pesisir di kenal oleh pedagang cina pada abad ke-7  dan Era dinasti MIng di abad ke-14 sampai 16 Masehi

Pada dasarnya suku alifuru pesisir  memiliki kepercayaan yang berbeda, karena sebagian besar suku alifuru pesisir menganut kepercayaan  agama islam dan kristen.

Rumah suku alifuru pesisir sama seperti rumah alifuru gunung yang terbuat dari pohon sagu dan tali rotan, dan untuk atapnya mereka mengunakan daun sagu dan daun nipa. Suku alifuru pesisir ini mereka sudah mengenal dengan sistem barter atau, tukar menukar barang. Yaitu tukar menukar hasil bumi merak dengan pedagang-pedagang yang datang di pulau seram pada masa itu 

Makanan pokok suku alifuru gunung dan pesisir merupakan sagu yang diolah dari pohon sagu, di setiap rumah mereka terdapat tempat untuk mengolah sagu menjadi papeda adalah makanan khas suku alifuru

Mata pencaharian suku alifuru gunung lebih banyak menghabiskan waktu untuk bercocok tanam dan memiliki kebun dan lahan yang ditanami berbagai jenis  tanaman seperti cengkeh,pala,sagu dan kopi. Pada zaman dulu juga suku alifuru pernah menanam padi tetapi waktu di panen banyak dari masyarkat alifuru yang meninggal dan sejak kejadian itu suku alifuru mengangap padi itu membawa sial pada kehidupan mereka

Kesimpulan

Suku alifuru adalah suku yang mempunyai latar belakang sebagai keturunan manusia pertama di Maluku, khususnya pulau seram atau Nusa Ina. terkait proses penyebaran yang konkrit belum ada penelitian yang membahas jau tentang hal itu, namun yang harus diingat adalah, suku atau kepercayaan merupakan identitas yang memperkaya keberagaman budaya dan adat istiadat yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang, tanpa memandang rendah suku dan bangsa

Sumber 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun