Mohon tunggu...
El Idrus
El Idrus Mohon Tunggu... -

Lelaki yang selalu "disempatkan" untuk dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Istirahatlah, Tak Perlu Bermimpi tentang Aku Malam Ini…

23 September 2013   02:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:31 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Bangunkan aku jam 23.00 WIB ya?”, kalimat imperative yang selalu dia ucapkan sebelum berangkat tidur. Dan sebagaimana hari biasa, aku pun selalu membangunkan dia dari tidurnya tepat di jam itu …

Menyiapkan segelas air putih hangat juga obat yang harus dia minum atau sekedar merapikan selimut dan bantal yang acak2an jika dia gak jua kunjung terbangun.

Dan setelah itu, dia akan meminta aku untuk memeluk dia rapat-rapat, menyisir rambutnya dengan jari tanganku atau mengusap-usap punggungnya sambil dia bercerita tentang anak2 kami, mimpinya, kerjaanya, atau sekedar kami menertawakan satu sama lain…obrolan kami terus berlanjut sampai pagi menjelang. Dan kami selalu yakin, kami menguasai di setiap sepertiga malam dari hari-hari yang kami lewati

Pun hal yang sama kulakukan malam ini, membangunkannya dan menyiapkan air putih hangat juga obat sebagaimana biasa. Dan sebagaimana biasa pula, sembari menunggu aku meracik obat, dia bergegas ke kamar mandi.

Tapi, malam ini beda, dia gak banyak bicara, kelihatan lelah, lemas dan tidak nyaman dengan kondisinya…

Sekejap dia kembali duduk ditepi ranjang,

“Minum obatnya dulu, ntar dilanjut lagi bobonya ya?” ucapku sambil mengusap2 punggungnya.

“Iya”, jawabnya pendek. Beberapa hari ini dia memang selalu menjawab semua pertanyaanku dgn kalimat pendek dan sepotong2. Kadang sedikit menyakitkan, tapi lama-lama rasa itu tidak berasa lagi. Mungkin karena rasa sayang ku lebih besar dari rasa sakitku.

“Masih pusing?” tanyaku sambil merapikan bantal biru dikepalanya.

“Dikit…rasanya gak karuan”, jawabnya singkat dan dia pun merebahkan tubuhnya di ranjang. “Boleh aku istirahat?” ucapnya sambil menatap wajahku…matanya seolah-olah memaksa aku untuk mengiyakan pertanyaannya.

“Istirahatlah…kamu butuh itu”, jawabku sambil bangkit dari tepian ranjang dan mengusap kepalanya. “Ohya, aku di ruang tengah, jika kamu butuh sesuatu”, ucap ku sambil menutup pintu kamarnya. Untuk beberapa saat aku berdiri dibalik pintu kamarnya berpikir keras, kok dia gak minta dipeluk? Kok dia gak minta dipuk-puk seperti biasa? Dan “kok” lain yg tidak berani kuutarakan di hadapannya…

Sebenarnya banyak yang ingin ku ceritakan, sebanyak waktuku untuk mendengarkan semua cerita, keluhan dan ketakutan-ketakutannya. Tapi malam ini gesture tubuh dan wajahnya mengatakan, “tidak untuk malam ini”.

Dan cinta apapun statusnya memang tidak selalu tentang menghabiskan sepertiga malam, tidak pula selalu tentang pelukan, kecupan dan puk-puk pantat serupa lagu nina bobo…tidak !

Ini tentang menjadi dewasa dalam mencintai seseorang. Ini tentang aku yang harus menggunting ego dalam lipatan, agar indah untuk disajikan.

Bisa jadi rasa cintanya serupa grafik di dinding BEJ…tapi tidak dengan aku ! Selalu ada permakluman dan maaf untuknya…dia terlalu berharga untuk dikecewakan dan dilukai.

Istirahatlah, tak perlu bermimpi tentang aku malam ini… Sedangkan aku hanya ingin memejamkan mata saat tak lagi ku lihat kekhawatiran dan ketakutan diwajahmu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun