Mohon tunggu...
Idris Wiranata
Idris Wiranata Mohon Tunggu... Lainnya - (Orion Ezra)

Tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Dengan ketertarikan di dunia psikologi, hukum dan teknologi, saya membawa perspektif yang unik ke dalam tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Quiet Quitting, Fenomena dan Implikasinya dalam Hukum Ketenagakerjaan di Era Digital

31 Agustus 2024   18:43 Diperbarui: 31 Agustus 2024   20:04 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber image: pexels.com)

Di era digital yang serba cepat dan penuh tekanan, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sering kali menjadi tantangan besar bagi banyak orang. Karyawan di seluruh dunia, terutama dari generasi muda seperti Gen Z, mulai menunjukkan kecenderungan baru yang disebut sebagai "quiet quitting". Meski istilah ini baru populer belakangan, fenomenanya bukanlah hal yang sepenuhnya baru. Quiet quitting merujuk pada situasi di mana karyawan memilih untuk melakukan pekerjaan mereka sebatas yang diperlukan tanpa melakukan hal lebih dari apa yang diharapkan. Mereka secara mental melepaskan diri dari pekerjaan tanpa benar-benar berhenti atau resign.

Apa Itu Quiet Quitting?

Quiet quitting adalah respons pasif terhadap tekanan kerja yang berlebihan, ekspektasi yang tidak realistis, atau bahkan kekecewaan terhadap kurangnya penghargaan dan pengakuan di tempat kerja. Karyawan yang terlibat dalam quiet quitting biasanya tidak akan secara langsung mengekspresikan ketidakpuasan mereka. Sebaliknya, mereka hanya akan melakukan pekerjaan minimum yang dibutuhkan untuk mempertahankan pekerjaan mereka tanpa berusaha lebih atau terlibat lebih jauh. Mereka hadir secara fisik, tetapi secara emosional dan mental, mereka telah "berhenti" dari pekerjaan tersebut.

Fenomena ini berbeda dengan karyawan yang disengaja dan terlibat aktif dalam pekerjaan mereka. Quiet quitters akan menghindari tugas-tugas tambahan, tidak akan bekerja lembur kecuali benar-benar diperlukan, dan umumnya tidak berpartisipasi dalam kegiatan kerja di luar jam kantor. Mereka melakukan apa yang tertulis dalam deskripsi pekerjaan mereka dan tidak lebih dari itu.

Mengapa Quiet Quitting Terjadi?

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan quiet quitting antara lain:

Beban Kerja yang Berlebihan: Ketika karyawan merasa bahwa mereka dibebani dengan pekerjaan yang melebihi kemampuan mereka atau yang tidak sebanding dengan kompensasi yang diterima, mereka mungkin memilih untuk menarik diri secara perlahan.

Kurangnya Penghargaan dan Pengakuan: Jika upaya dan kontribusi karyawan tidak diakui atau dihargai oleh atasan atau perusahaan, mereka mungkin kehilangan motivasi untuk memberikan yang terbaik.

Burnout: Kondisi kelelahan mental dan emosional yang disebabkan oleh stres kerja yang berkepanjangan bisa membuat karyawan merasa tidak punya energi atau keinginan untuk terlibat penuh dalam pekerjaan mereka.

Keseimbangan Kerja-Kehidupan: Generasi muda, terutama Gen Z, cenderung menempatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sebagai prioritas utama. Jika pekerjaan mereka mengganggu keseimbangan ini, mereka mungkin memilih untuk quiet quitting sebagai cara mempertahankan batasan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun