Aku berdiri diantara sebuah dinamika kehidupan, antara baik dan salah. Antara benar dan keliru. Sebuah dilema dikala hidup hanya bertujuan untuk memanusiakan manusia.Â
Suatu senja, aku terjaga akan sebuah pandangan yang menggetarkan jiwa. Seorang anak kecil tengah bermain dengan adiknya yang masih bayi di emperan jalan. Tak terlihat oleh banyaknya pasang mata pengendara yang lalu - lalang.Â
Si bayi tertidur diatas bantalan kardus yang telah dilapisi karung. Dan si mbanya terus menghibur adiknya dengan memainkan tangan dan pipinya.Â
Kulihat dibagian lain, seorang wanita paruh bayah tengah membuka sebuah kotak sampah yang tidak jau dari keberadaan 2 manusia tadi. Dengan karung terpegang di tangan kirinya, dan mulai memasukkan tangan kanannya ke dalam kotak sampah. Dan mengeluarkan beberapa botol bekas dari sana.
Sesekali ibu itu menoleh ke arah anaknya sambil tersenyum. Setelahnya melanjutkan kembali mengais isi barang bekas dari dalam kotak sampah.Â
Lampu merah pun telah berubah hijau, kami pun lekas berjalan menjauhi anak kecil dan adik bayinya.Â
Keesokan harinya, aku melewati tempat yang sama. Tapi tidak lagi kudapati mereka yang kulihat sore kemarin. Aku pun memarkirkan mobil di sebuah rumah makan tidak jau dari sisi lampu merah.
Mulai membahas persoalan dan persoalan terkait akitivitas kerjaan hari ini bersama rekan timku. Sampai akhirnya ada anak kecil membawah sebuah kaleng cat bekas. Memegang sebuah speaker dan mendekati kami.Â
Kukeluarkan satu lembar dua ribuan. Dan kumasukkan ke dalam kaleng cat yang disodorkan anak kecil itu kepada kami berdua. Setelah uang kuletakkan, anak kecil itu berucap,
 "Terima kasih" sambil tersenyum dan lalu berpaling pergi meninggalkan meja kami.Â
Temanku membuka suara, "Anak sekecil itu, harus mengawali hidupnya dengan mengemis. Apa pekerjaan orang tuanya sebenarnya ya bro?" Sambil memulai memakan hidangan yang telah disajikan oleh pihak warung sesuai pesanan.Â