"Saya tidak tau terkait itu, tapi yang harus kita pahami adalah. Ia sedang berjuang untuk membantu perekonomian keluarganya."Â
"Heem. Bila begitu? Lalu apakah mengemis itu dibenarkan bro?" Tanyanya lagi.Â
"Bagaimana yah Di. Tapi menurutku, memperkerjakan anak di bawah umur itu salah. Apalagi sampai menadahkan tangan mereka, meminta - minta. Tapi, kita tidak perna tau, apa yang membuat mereka melakukan itu? Bisa jadi karena faktor ekonomi, atau masih ada faktor - faktor lain yang mendalangi hal tersebut." Sambil mengangkat secangkir teh manis yang telah disediahkan.Â
"Baiklah. Oh iya, besok kita kemana?" Tanyanya lagi.Â
"Besok, belum ada intruksi mau kemana. Paling stay dulu di kantor."
Setelah selesai makan dan membayar harganya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke kantor. Pukul sudah jam 17:45, mendekati adzan magrib. Akhirnya kami mencari masjid terdekat, yang satu arah dengan tujuan kami ke kantor.Â
Sampailah kami kesebuah masjid dan mobil pun diparkirkan diantara pohon- pohon rindang di parkiran masjid. Adzan magrib pun berkumandang.
"Allahu akbar, allahu akbar..."
Kami pun lekas mengambil wudhu dan melaksanakan shalat magrib.Â
Keesokan harinya, kami mendapatkan tugas untuk ke sebuah perkampungan di pinggiran Tangsel. Sebuah perkampungan yang dikenal dengan nama kampung Pemulung.Â
Perkampungan itu terletak tidak bergitu jau dari jalan raya, hanya berkisar 100 - 300 meter masuk ke dalam. Dan sesampainya kami disana, begitu banyak anak - anak kecil menyambut kami.Â