Mohon tunggu...
Idris setiawan
Idris setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pencinta Keheningan

Dari hidup kita belajar berjuang. Dan dari Tuhan kita belajar iklas. Tak ada perhentian yang akan indah selain mati dengan bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Tragedi Kebakaran Pertamina Plumpang

15 Juni 2023   14:56 Diperbarui: 15 Juni 2023   19:31 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari itu, kami sedang bejalan - jalan di tempat kejadian kebakaran Pertamina Plumpang, Koja Jakarta Utara Dengan berbekal satu buah kamera dan sebuah kendaraan roda dua, menyusuri jalan yang di kanan kirinya terpisah antara tembok Pertamina dan perumahan warga yang kini telah menjadi puing - puing dan tak lagi dihuni. Hingga sampailah kami di emperan sebuah gang yang dimana ada seorang ibu paru baya sedang berjualan jajanan ringan, dengan dua buah koyok cabe tertempel dikeningnya. Sekilas pun kami paham, bahwa ibu tersebut sedang pusing kepala atau sedang banyak pikiran.

Akhirnya, kami pesan satu gelas kopi hangat dan secangkir es rasa melon sembari memarkirkan kendaraan di sudut gang yang cukup untuk meletakkan kendaraan. Setelah pesanan selesai, kami pun duduk diantara pedagang dan juga warga yang menemani si pedagang. Karena memang sudah disiapkan sebuah kursi. Penjual itupun turut duduk, diantara kami sambil menghela nafas panjang, dan mengelap keringat di dahinya.

Usut punya usut, setelah beberapa lama berbincang kecil. Ternyata anak dari ibu pedagang turut menjadi korban MD (Meninggal Dunia) setelah 13 hari berjuang di rumah sakit. si ibu pedagang pun menuturkan bahwa begitu mencekamnya disaat kejadian berlangsung, yang dimana di waktu kejadian itu suasana kampung begitu ricuh dan orang - orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Apalagi disaat anaknya sudah terkapar di jalan dengan kondisi kaki yang sudah berdarah - darah.

"Tolong! tolong!" pintanya lirih, memohon dapat di bantu untuk mengangkat anaknya yang sudah tidak kuat untuk berdiri.

"Lihat ibu nak. kita kerumah sakit yah." pintanya kepada anaknya untuk tetap kuat dan mau bergerak.

Si ibu menceritakan kepada kami bagaimana hebatnya kejadian saat itu, bahkan sampai saat ini si ibu pendagang masih mengalami trauma atas kehilangan seorang anak yang sudah 13 Tahun ia asuh di dunia. Bahkan demi untuk mengatasi kesedihannya, si ibu pedagang itu harus meninggalkan pekerjaannya yang dimana merupakan seorang buruh cuci rumahan yang sudah ia geluti beberapa tahun ini. Karena setiap kali ia sedang sendiri menyuci baju, kadang ia sering teringat kepada anaknya. Bahkan, kadang tak terasa air mata turut ikut andil di momen itu tuturnya. Maka dari itu, disaat ini ia beralih berjualan di emperan gang, yang dimana ia berharap di suasana berbeda ini ia dapat melupakan kesedihannya.

Si ibu pedagang adalah contoh kecil masyarakat yang menjadi korban dalam kebakaran. mungkin masih banyak diluar sana, yang tidak terekspose ceritanya dan tidak diketahui keberadaannya. mengenai masalah dan problem mereka. Dan kadang kita yang kurang peka untuk sekedar mengerti dan mau menjadi pendengar untuk mereka. Disini atas nama Kemanusiaan, jadilah pendengar terbaik untuk setiap cerita orang - orang disekeliling kita. Tidak perlu sampai yang jauh keluar negara, coba dimulai dari sekeliling kita. Bisa jadi, diwajah yang selalu memberikan kebahagiaan, keceriaan, tapi tersimpan kisah pilu yang tersematkan.

Dari kami Manusia Kemanusiaan, untuk seluruh korban kebakaran Pertamina Plumpang. Tetaplah tabah, Allah selalu bersama kita.

***

[Depok, 15/06/2023 - Kemanusiaan [SpK]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun