Hari-hariku tetap sama.Â
Sama seperti sebelum ku temukan kamu dibawah rintik air hujan yang jatuh menerpah kegersangan bumi.
Senyumanmu sekilas menghilangkan haus dahagaku. Sapaan dan turut katamu yang lembut melengkapi keseharianku. Dan padamu keletakkan sejuta harapan bahwa aku ingin menikahimu.Â
Hari-hariku tetap sama.
Sama dimana kau mulai jenuh, berpaling dan mulai menjauh. Tak ada satu kata yang keluar dari ucapanmu, yang dulu kau gembrengkan akan sehidup mati dengan ku. Ternyata pada akhirnya? Semua palsu dan semu.
Hari-hariku tetap sama.
Dimana kau kini sudah jauh, dengan jari manis yang sudah terikat dengan cincin emas sesuai harapanmu. Tapi sayang bukan aku.
Hari-hariku tetap sama.
Menikmati senja tiba, purnama yang merindu, dan malam yang sunyi. Tak ada kata putus-asa yang ku lantunkan, karena bukan aku yang memulai. Aku tetap bangga pada diriku, dan ku terima atas pilihanmu.
Hari-hariku tetap sama.
Kembali lagi di awal cerita, di awal perjalanan, di awal sebelum mengenal apa itu wanita, cinta dan sebuah rasa.