Mohon tunggu...
Muhammad Idrisman Mendefa
Muhammad Idrisman Mendefa Mohon Tunggu... -

Pengembara Spiritual. PD. JPRMI Kab. Padang Lawas. Lembaga Al-Mahabbah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta dan Takdirnya

8 September 2018   06:57 Diperbarui: 8 September 2018   07:03 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semua punya takdir yang berbeda-beda. Cinta itu rahasia. Tidak semua perasaan cinta bisa diungkapkan. Kalimat cinta yang terungkap,  hanya sebagian kecil dari fenomena cinta yang dirasakan.

Cinta,  tidak melulu bicara penyatuan dua sejoli. Tapi cinta,  pun menceritakan bagaimana kebaikan bisa mengalir sampai ke seluruh hamparan medan perasaan. Disini kita memadu kemesraan. Disana mereka sedang meratap kemalangan.

Perpaduan kemesraan, sebaiknya mampu menyerak cinta,  sampai ke titik-titik kedukaan.  Hingga,  kesengsaraan tidak membekas luka sayatan yang semakin menganga. Namun,  kebahagiaan mampu meninggalkan pesan dan kesan keindahan hidup yang terus menyala.

Memang,  debu jalanan akan senantiasa menghinggapi kuncup dan mekarnya kembang. Ujian kemesraan tidak akan pernah bisa dipungkiri sepanjang kemesraan itu masih menyelimuti hati. Hanya,  kemesraan tidak akan pernah pudar selamanya,  jika ia masih beralas ketulusan dan keteguhan. Cinta tidak akan pernah luntur sampai kapanpun, jika ia masih dibalut ketabahan dan kejujuran.

Maka,  untuk apa mempercayai kecurigaan dan prasangka buruk,  selama pendirian masih di atas cinta. Kenapa harus terhanyut dibawa arus keirian dan kedengkian, kalau cintalah yang menumbuhkan harapan. Bagaimana lagi kebencian mampu menceraikan genggaman tangan,  padahal impian adalah bangunan mahligai cinta.

Andaikan cinta menunjukkan lintasan yang berbeda arus, bukan kah itu ibarat taman,  bunganya banyak dan warna-warni, semakin cantik, semakin memberi pesona. Dan untuk menuju suatu bunga,  tidak mesti dari arah yang sama.

Biarlah cinta,  bertumbuh dan berdaun sampai ia menguncup dan mengembang, tanpa siraman kekecewaan dan kemarahan. Biarkan cintamenjalani takdirnya,  tanpa ia harus berganti tanaman kebencian. Biarkan cinta mekar sesuai takdirnya,  sejauh ia masih disiram dengan kesetiaan dan kerinduan.

Cinta. Mohon jangan menodainya. Hanya karena jalan takdirnya yang berbeda.

Muhammad Idrisman Mendefa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun