Mohon tunggu...
Cak Kandar
Cak Kandar Mohon Tunggu... -

Lahir dari ketiadaan, terus berjuang merubah keadaan keluarga dengan Do'a dan Usaha. Bahkan sempat terdampar di Panti Asuhan bertahun-tahun lamanya. Alhamdulillah perjuangan tidak sia-sia. Namun perjuangan belum berakhir, sampai di hatiku hanya ada cinta pada Allah dan orang-orang yang mencintai Allah dan segala sesuatu yang mendekatkan pada kecintaan kepada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Permohonan

9 Januari 2014   07:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kembali aku berlayar
Kini lautan itu tak lagi tandus
Sedikit demi sedikit air mata bidadari memenuhinya

Bismillahirrohmaanirrohiym
Ya Allah...
Ijinkan aku me_restart niat dalam menjalani kehidupan ini

Maka ku stater mesin semangatku dengan rahmatMu
Dan pelayaranpun mulai kulakukan

Ya Allah yang Maha Pelindungilah
Lihatlah setan menghadang laju jalanku menuju ridhoMu
Selamatkanlah pelayaranku dari godaannya.

*Temen2 FB; Idris bukan ustadz yang pandai ceramah.
Idris bukan alim ulama yang pandai menghadirkan dalil dalam setiap ucapan.
Idris hanya bisa merangkai syair, itupun tak sesempurna Zawawi Imron ketika merenda kata menjadi rangkaian kalimat, yang kemudian muncul titel Celurit Emas.
Idris bukanlah kaliber Chairil Anwar yang sibuk mencari jati diri hingga lahir sajak yang berjudul AKU.
Idris hanyalah seonggok daging nakal
Yang mencoba berbuat sesuatu, dengan harapan bisa menyadarkan -minimal- diri sendiri.

Idris lebih suka Jalaluddin Rumi daripada Khalil Gibran.

Akhirnya Idris ikhlas dianggap gila, jika dengan kegilaan itu Idris bisa mendaki jalan Tuhan dan mampu menggapi RidhoNya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun