Mohon tunggu...
Cak Kandar
Cak Kandar Mohon Tunggu... -

Lahir dari ketiadaan, terus berjuang merubah keadaan keluarga dengan Do'a dan Usaha. Bahkan sempat terdampar di Panti Asuhan bertahun-tahun lamanya. Alhamdulillah perjuangan tidak sia-sia. Namun perjuangan belum berakhir, sampai di hatiku hanya ada cinta pada Allah dan orang-orang yang mencintai Allah dan segala sesuatu yang mendekatkan pada kecintaan kepada Allah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ijin Golput

21 Januari 2014   09:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mencoba menjaring matahari di pinggiran pagi yang tak lagi utuh
Kala mendung bergelayut di atas Aula SPENSAGI
Kemanakah kemarau yang dulu kupeluk dijejaring rindu?
Kemanakah gersangnya hati yang dulu hampir terbakar?

Saat pijar terpendar di rimbun kesedihan
Lalu air mata belusukan mencari muara
Kemanakah kesejahteraan rakyat itu pergi?
Kemanakah tangisan rakyat harus diadukan?

Telah kau semaikan janji-janji di mimbar kampanye
Tapi kau paksa rakyat memanen kesengsaraan

Pesta rakyat akan tiba
Kau sibuk menyusun program busuk

Maka atas nama nurani
Mohonkan izin kepada MUI
Agar Golput tidak haram bagi kami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun