Tayangan televisi sedang disorot. Persoalan yang sangat mendasar adalah tayangannya yang dianggap tidak memberikan kontribusi bagi pengembangan karakter manusia Indonesia yang santun dan bermartabat. Dengan kata lain, tayangan televisi tersebut tidak memberikan nilai-nilai pendidikan yang baik. Terdapat banyak tayangan televisi Indonesia yang lebih mengedepankan aspek entertainment(hiburan) ketimbang memberikan informasi dalam rangka mendidik ke ranah kecerdasan dan pendewasaan karakter. Tayangan televisi tidak memberikan didikan ke arah berpikir kritis dan inovatif.Takberlebihanketika mantan MenteriPemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, menduga bahwa tayangantelevisi tidak mencerdaskan.,
"Kita ini perlu masukan dan bersama-sama membangun sumber daya manusia yang cerdas dan penuh kasih sayang. Namun film dan sinetron yang banyak ditonton perempuan, ibu-ibu dan anak-anak justru mengajarkan kepada anak bangsa ini kejahatan, kejudesan, dan perilaku licik. Kenapa kita menghasilkan sinetron seperti itu dan kenapa kita melihatnya?".[1]
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ichsan Fitriyanto (2007) dalam Muzayin Masduki, yang melakukan penelitian isi tanyangan acara televisi Indonesia dengan menggunkan kategori tayangan hiburan dan edukatif. Program hiburan mencakup infotainment, musik, talkshow, sinetron dan sejenisnya. Program edukatif mencakup news, dan feature. Adapun persentase tersebut adalah sebagai berikut:
Stasiun Televisi
Edukatif
Hiburan
TPI
19%
81%
RCTI
15,6
84,4%
SCTV