'Running news' di layar kaca salah satu stasiun TV tentang tertangkapnya seekor harimau merapi membuat saya 'berkunjung' ke pengungsian. Â Terus terang saya tidak mempunyai cukup waktu untuk meringankan beban para pengungsi letusan Merapi dengan mengunjungi mereka. Â Akan tetapi, sepertio saya katakan tadi, harimau Merapi yang lagi sial itulah yang membuat saya kesana.
Setelah clingak-clinguk, jalan kesana-kemari, tanya sana-sini saya temukan kerangkeng harimau itu. Dia ndeprok, lesu. Nafasnya ngos-ngosan.
Halo, sapa saya. Gimana saya harus nyapa? Mac ato Can ato lengkap Macan?
Terserah mas, apa saja. Toh ndak mengubah keadaan saya? begitu si macan menjawab sekaligus bertanya.
Baik Can, sebelum tanya lebih lanjut, apa kabarnya? tanya saya sambil mendekati kerangkeng.
Yah beninilah mas, haus, kaki pincang dan buntutku agak panas, terbagar disambar debu panas. Begitu ceritanya agak panjang. Air liurnya menetes satu-satu.
Ceritanya gimana sih koq bisa tertangkap?
Waktu itu saya lagi cari biniku.
Lho, punya bini toh?
Ya iyalah mas. Masak cuma manusia yang punya bini?
Lalu? Teruskan Can. Begitu kataku semakin tertarik.