Mohon tunggu...
Idris Daulat
Idris Daulat Mohon Tunggu... Relawan - Asosiasi Media Digital Indonesia

Pendiri Al Musallina Foundation |Presidium FINASMA (Forum Interaksi Nasional Alumni SMA), Ketua Pengawas Yayasan Alumni SMAn 64 Jakarta | Perokokbijak.Com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menemukan Sejati Potensi Diri Menuju Kreasi

15 Agustus 2013   04:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:18 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uviversal community of scholarly study IKA 64 memandang perlu adanya upaya pengenalan terhadap potensi diri dengan maksud untuk mengubah-potensi-menjadi-kreasi, sehingga bisa memaksimalkan kreasi hidup, atau hidup kreatif.

Ada tiga asumsi kuat, yang mendukung pada kebutuhan pengembangan potensi ini, yaitu :

  1. Pengakuan secara politis bahwa manusia terlahir dalam posisi dan hak yang sama,
  2. Pengakuan adanya teori kecerdasan majemuk,
  3. Pentingnya penguatan konsep diri, sebagai modal/energi dalam menentukan. dengan pemahaman itu, mengantarkan kita pada keyakinan bahwa setiap orang memiliki potensi, dan memiliki peluang untuk berkreasi.

Sehubungan hal itu, setiap orang memiliki kewajiban dasar untuk membaca, mengenali dan mengembangkan potensi dirinya. dalam kenyataannya, memang ada perbedaan kemampuan dalam mencerna potensi diri. Secara umum, perbedaan kemampuan mencerna itu dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :

  1. Kepekaan : Orang yang memiliki kepekaan kuat, akan mampu menggali makna dalam, sedangkan seseorang yang tidak peka, akan mengalami kesulitan dalam mencerna makna yang mendalam,
  2. Pendidikan : perspektif yang terkembangkan dari proses pembelajaran. Kajian keilmuan, dan pengalaman kognitif (pembelajaran) dimaksud, seseorang akan mengenali berbagai perspektif terkait upaya pembacaan terhadap tanda-tanda budaya,
  3. Latihan dan Pembiasaan. Dengan latihan dan pembiasaan, akan memberikan bekal kuat dalam memahami makna budaya. Orang yang terbiasa berinteraksi dengan komunitas khusus, dia akan memiliki pemahaman (makna) yang lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki akses atau komunikasi dengan komunitas dimaksud, dan terakhir
  4. Kondisi psikologis, kenyamanan.

Berbagai segi dan pertanyaan yang dipersoalkan oleh para pemikir terkemuka misalnya ialah:

  • Apakah kebahagiaan itu (pengertian atau definisinya)
  • Pendambaan terhadap kebahagiaan (kewajaran dan hasrat yang universal)
  • Unsur-unsur dari kebahagiaan (apa isi dari suatu kehidupan yang bahagia)
  • Hubungan kebahagiaan dengan berbagai hal lainnya (misalnya kekayaan, kesehatan, kenikmatan, kebajikan, kehormatan, persahabatan, cinta, pengetahuan atau kearifan)
  • Pencapaian kebahagiaan (kemampuan manusia mencapainya dan kemungkinan tercapainya)
  • Kebahagiaan setelah kehidupan di dunia ini (after-life).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun