Oleh:
IDRIS APANDI
Tanggal 14 di bulan Sya’ban atau juga dikenal dengan istilah nisyfu Sya’ban(pertengahan bulanSya’ban) merupakan malam yang istimewa bagi umat Islam, karena pada malam itu, catatan amal setiap manusia akan ditutup, atau istilahnya malam tutup buku. Pada malam itu, umat Islam sangat dianjurkan mengisinya dengan berbagai aktivitas ibadah, mulai dari shalat maghrib berjamaah, berdo’a, membaca surat Yaasin, lanjut shalat berjamaah Isya, dan dilanjutkan dengan shalat tasbih atau shalat nisyfu Sya’ban.
Dengan adanya ritual malam nisyfu Sya’ban,alhamdulillah dapat meningkatkan jumlah umat Islam yang masuk ke mesjid, karena pada hari biasa sebuah mesjid sangat sulit untuk penuh sesak dengan umat yang beribadah. Pada malam tutup buku tersebut, tentunya semua berharap akan mengakhiri catatan amalnya dengan baik, atau istilahnya nilai “raport” amalnya tidak ada yang merah. Oleh karena, banyak umat Islam yang berbondong-bondong datang ke mesjid yang mengikuti malam nisyfu Sya’ban.
Menurut Saya, malam nisyfu Sya’banibarat injury timepada permainan sepak bola. Waktu injury timeadalah detik-detik yang sangat menentukan. Semuanya berpacu dengan waktu, menginginkan hasil yang maksimal di waktu yang sangat sempit. Sebuah tim yang awalnya unggul, jika tidak hati-hati bisa saja dikejar oleh tim lawan, atau bahkan bisa berbalik kalah. Masih ingat final Piala Champions antara 1999 antara Bayern Munchen melawan Manchenter United (MU)? Bayern Munchen yang unggul 1-0 hingga menjelang akhir babak kedua dan telah menyiapkan pesta kemenangan, harus menelan pil pahit ketika pada waktu injury time selama dua menit kebobolan dua gol dan harus rela trofi piala Champions direbut oleh MU.
Pesan dari contoh tersebut di atas adalah bahwa setiap umat Islam jangan menyepelekan soal waktu, apalagi disaat akan ditutupnya amal perbuatan manusia, harus benar-benar dimaksimalkan. Pintu pengampunan akan selalu terbuka bagi orang-orang yang ingin membukanya. Seorang muslim jangan berkecil hati di hadapan Allah, mungkin saja dia merasa menjadi seorang pendosa, tetapi di malam nisyfu Sya’ban,ampunan itu datang padanya melalui amalan ibadah yang dilakukannya dengan khusyu dan ikhlas.
Momen nisyfu Sya’banharus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena datang hanya satu kali dalam satu tahun, dan kita belum tentu dapat kesempatan lagi menjalaninya. Pasca Nisyfu Sya’ban,umat Islam bersiap-siap menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
Bulan Sya’ban adalah sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan dengan bulan Ramadhan. Bahkan Sejak bulan Rajab, umat Islam sudah dianjurkan untuk mempersiapkan diri menuju bulan Ramadhan. Bulan Rajab adalah sarana pembersihan diri, bulan Sya’ban adalah sarana pembersihan jiwa, dan bulan Ramadhan adalah sarana pembersihan ruh untuk mencapai tujuan akhir menjadi manusia yang kembali fitri dan mencapai predikat muttaqien.
Pada bulan Rajab dan Sya’ban, umat Islam disarankan untuk berpuasa sunat sebagai “pemanasan” menghadapi puasa ramadhan. Meningkatkan amal ibadah, dan banyak berdo’a. Do’a yang paling banyak disarankan adalah Allaahumma baariklana fii rojaba wasya’bana waballighna romadhoona, yang artinya “Ya Allah, berikanlah kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”
Memakmurkan Mesjid
Malam nisyfu Sya’ban harus menjadi momentum juga untuk memakmurkan mesjid. Mungkin setelah sekian lama mesjid kosong, mendadak penuh ada malam nisyfu Sya’ban.Harapannya, pasca malam nisyfu Sya’ban,mesjid tetap dapat dimakmurkan sebagai persiapan datangnya bulan ramadhan. Ketika umat Islam telah menutup buku amalnya dengan catatan yang baik, maka pada proses berikutnya diharapkan dapat mengisinya dengan catatan amal kebaikan juga, diantaranya dengan memakmurkan mesjid.