Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ramadhan dan Kewirausahaan

8 Juni 2016   23:55 Diperbarui: 9 Juni 2016   00:51 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedagang takjil kebanjiran pembeli pada saat bulan ramadhan. (Foto : cendananews)

Sore menjelang buka puasa, umat Islam yang berpuasa banyak yang keluar rumah mencari takjil untuk berbuka puasa. Kemacetan di jalan pun mulai terasa. Pada pedagang takjil mulai sibuk melayani pembeli. Takjil yang banyak dicari untuk buka puasa antara lain es buah, sop buah, kolak, korma, gorengan, dan sebagainya.

Bulan ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, penuh berkah, dan ampunan. Disamping diwajibkan berpuasa, setiap muslim diharapkan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Sementara dalam perspektif ekonomi, bulan ramadhan dapat dijadikan sebagai momen untuk berwirausaha. Disamping para pedagang yang memang kesehariannya berdagang, banyak juga warga masyarakat dan mahasiswa yang menjadi pedagang dadakan. Mereka pada umumnya berdagang kuliner khas ramadhan, pakaian muslim, dan sebagainya.

Munculnya pedagang kebutuhan ramadhan khususnya takjil ramadhan menjadi sebuah simbiosis mutualisme antara pembeli dan pedagang. Pembeli, khususnya yang tidak sempat membuat sendiri karena sibuk bekerja, mereka bisa membeli takjil sambil pulang dari tempat kerja ke rumah masing-masing. Sementara di sisi lain, para pedagang berhasil meraup keuntungan dari barang dagangannya.

Idealnya memang pada bulan ramadhan umat Islam banyak melakukan ibadah, mengatur atau mengurangi makan dan minum, tetapi kenyataannya, justru pada bulan ramadhan justru kebutuhan dan konsumsi meningkat. Dan dampaknya, biaya hidup pun menjadi membengkak. Hal ini juga sebagai dampak kenaikan harga barang yang memang telah menjadi kebiasaan menjelang bulan ramadhan.

Banyak ibu rumah tangga yang mengeluh karena harga-harga kebutuhan pokok naik, sementara konsumsi walau pun bulan puasa, tidak berkurang bahkan cenderung meningkat. Pada bulan puasa, para ibu rumah tangga harus menyiapkan menu buka puasa dan sahur. Menunya pun bertambah dan bervariasi. Pada hari-hari biasa, menu takjil tidak ada. Belum lagi menu buka puasa yang bervariasi untuk menarik selera makan anggota keluarga. Dan itu tentunya butuh biaya yang tidak sedikit.

Meningkatnya kebutuhan dan konsumsi warga yang berpuasa dimanfaatkan oleh para pedagang untuk semakin meningkatkan omzet dagangannya, bahkan jauh-jauh hari sebelum puasa, mereka sudah banyak menyetok barang untuk mengantisipasi kelangkaan barang atau kenaikan harga barang.

Tingkat belanja dan konsumsi masyarakat akan semakin meningkat menjelang lebaran. Mereka bukan hanya disibukkan dengan urusan takjil buka puasa, tapi disibukkan dengan berbagai pernak-pernik kebutuhan lebaran seperti baju lebaran dan kue lebaran. Belum lagi memikirkan THR, biaya mudik, dan biaya wisata pasca lebaran. Bahkan jauh-jauh hari, biaya untuk berbagai keperluan tersebut sudah diantisipasi dengan cara menabung.

Munculnya pedagang-pedagang dadakan pada bulan ramadhan menjadi fenomena tersendiri. Mereka pandai melihat peluang bisnis. Dan dalam konteks kewirausahaan, hal tersebut merupakan hal yang baik. Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede mengatakan, bahwa jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari jumlah penduduk saat ini (Republika, 12/03/2015), sementara di negara maju seperti Amerika dan Jepang, jumlah wirausaha lebih dari 10% dari total jumlah penduduk. Jika melihat kepada perbandingan tersebut, maka jumlah wirausahawan Indonesia masih sangat jauh dari ideal. (Pos Kota, 09/03/2016).

Walau demikian, Indonesia pun memiliki potensi untuk melahirkan pengusaha-pengusaha muda yang kreatif. Mereka bergerak pada sektor industri kreatif, restoran, kuliner, fashion, handicraft,dan sebagainya. Salah satu yang menjadi fenomena adalah kemunculan Nadiem Makarim, founderGo-Jek, jasa transportasi berbasis aplikasi yang sempat mendapatkan penolakan dari pengendara ojek konvesional yang merasa terancam dengan kehadiran Go-Jek. Bahkan Go-Jek buka hanya melayani sarana transportasi saja, tetapi juga mengembangkan berbagai layanan lainnya seperti Go-Food, Go-Mart, Go-Clean, Go-Box, Go-Massage, dan sebagainya. Inovasi merupakan kunci sebuah perusahaan untuk bisa bertahan dan mampu bersaing.

Gibran Rakabuming, Anak Presiden Jokowi juga dapat menjadi salah satu contoh pengusaha muda sukses. Fokus pada bisnis katering dan martabak, Gibran bisa perlahan tapi pasti menjadi salah satu pengusaha sukses. Meskipun anak seorang presiden, tapi Gibran tidak memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan kemudahan, fasilitas, atau keistimewaan dalam perlakuan terhadapnya. Dia berjuang dari nol. Hal ini tentunya harus menjadi inspirasi generasi muda Indonesia. Semoga bulan ramadhan menjadi momen untuk melahirkan pengusaha-pengusaha muda yang kreatif dan inovatif agar jumlah wirausaha Indonesia semakin meningkat.

Oleh: IDRIS APANDI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun