Oleh:
IDRIS APANDI
Puasa diwajibkan oleh Allah SWT dengan tujuan untuk membentuk pribadi yang bertakwa. Pengertian takwa adalah melaksanakan setiap perintah-Nya, dan menjauhi setiap larangan-Nya. Derajat manusia di hadapan Allah bukan ditentukan oleh gelar, pangkat, jabatan, atau hartanya, tetapi sejauh mana derajat ketakwaannya.
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an telah disebutkan tentang keutamaan orang yang bertakwa, antara lain, pertama, orang yang bertakwa kepada Allah akan diberikan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Kedua, orang yang bertakwa kepada Allah akan diberikan rezeki dari jalan yang tidak diduga-diduga. Ketiga, orang yang bertakwa kepada Allah akan dicukupkan segala kebutuhannya. Keempat, orang yang bertakwa adalah kekasih Allah, dan kelima, surga adalah balasan bagi orang yang bertakwa.
Takwa, sebuah kata yang kadang mudah dikatakan, tetapi tidak mudah untuk dilakukan. Banyak rintangan, tantangan, godaan, dan hambatan yang dihadapi untuk mewujudkannya. Ketika diusir dari surga, setan berjanji akan terus menggoda umat manusia agar tergelincir dari akidahnya sehingga dia memiliki banyak teman kelak di neraka. Dan hanya manusia-manusia yang memiliki tingkat ketakwaan yang tinggi yang akan dapat bertahan dari gangguan setan tersebut.
Puasa adalah sarana untuk meningkatkan ketakwaan seorang manusia, dan prosesnya butuh perjuangan. Puasa pun harus menjadi sarana transformasi seorang muslim. Intinya adalah puasa tersebut harus mampu mengubah sesuatu yang buruk menjadi baik, dan sesuatu yang sudah baik menjadi lebih baik. Dengan kata lain, puasa yang dilaksanakannya bukan hanya sebatas menahan lapar dan dahaga saja, tetapi berdampak terhadap pembentukan karakternya supaya lebih baik.
Pasca berpuasa, seseorang yang berpuasa menjadi “manusia yang baru”. Puasa yang dilakukannya selama satu bulan adalah sarana pendidikan, latihan, dan penggemblengan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Puasa adalah sarana baginya mentransformasikan diri.
Puasa transformatif akan tercermin dalam perkataan, sikap, dan akhlaknya, antara lain, perkataan yang disampaikannya bermanfaat, mencerahkan, tidak sia-sia, dan menyakiti orang lain, sikapnya semakin bijak dan santun, dan akhlaknya semakin terpuji. Hal ini memang bukan hal yang mudah untuk diwujudkan karena keimanan seseorang ibarat grafik, kadang naik dan kadang turun. Ketika iman sedang naik dia rajin berbadah dan dapat mengendalikan diri, dan sebaliknya ketika iman turun, dia malas beribadah dan tidak dapat mengendalikan diri. Walau demikian, melalui niat dan komitmen yang kuat serta berupaya untuk tetap konsisten, maka hal tersebut sedikit demi sedikit dapat tercapai.
Ramadhan adalah sebuah madrasah tarbiyah atau tempat pendidikan bagi setiap muslim. Ada sekian banyak nilai yang dapat diambil dari pelaksanaan puasa, antara lain, perjuangan, kerja keras, daya tahan, konsistensi, kesabaran, pengendalian diri, kepedulian sosial, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut diharapkan mampu terinternalisasi dalam pribadi setiap muslim pasca berpuasa.
Pendidikan adalah sebuah proses, dan setiap orang mengikutinya harus mampu dengan penuh kesungguhan dan kesabaran agar pendidikannya berhasil. Begitupun dengan berpuasa. Puasa melatih seorang muslim untuk sungguh-sungguh dan sabar terhadap berbagai godaan yang dihadapi. Dan hanya orang-orang yang menghayati nilai puasa yang bisa melakukannya.
Allah memang dzat yang Maha mengatur kehidupan makhluk-Nya. Dalam satu tahun yang terdiri dari 12 bulan, Allah menyediakan satu bulan khusus, yaitu bulan ramadhan bagi umatnya untuk memperbaiki diri. Bahkan dua bulan sebelumnya, yaitu pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban, setiap muslim sudah dikondisikan untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan. Bulan Rajab adalah bulan Nabi Muhammad SAW, bulan Sya’ban adalah bulan bagi setiap muslim, dan bulan ramadhan adalah bulan Allah. Sejak bulan Rajab dna Sya’ban, ada do’a yang sangat disarankan untuk dibaca, yaitu “Alaahumma baariklanaa fii rojaba wasya’bana, waballighna romadhoona”yang artinya “Ya Allah, berikanlah kepada kami keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan.”