Siang itu, di sebuah mesjid di pusat kota
Ditengah hiruk pikuk persiapan shalat Jumat yang tinggal beberapa saat lagi
Kumelihat seorang perempuan paruh baya
Tubuhnya kurus, rambutnya sudah banyak yang memutih
Kulitnya yang sawo matang tampak mulai menghitam karena sering terkena terik matahari
Keringat bercampur debu membuatnya terlihat lusuh
Di hadapannya ada beberapa kantong plastik besar warna hitam berisi sampah
Tampaknya di mesjid tersebut baru selesai diadakan sebuah acara
Dengan penuh semangat, satu demi satu kantong plastik dia bongkar dan dia pilah
Wajahnya sumringah ketika dari dalam tas plastik ada bekas botol air mineral
Dia ambil dan dia masukkan ke dalam karung yang dibawanya
Dalam hatinya mungkin dia berkata "terima kasih Tuhan. Kau telah memberiku rezeki hari ini."
Yang akan ditukar menjadi beberapa lembar uang ribuan dan cukup untuk melanjutkan hidup
Baginya, botol-botol plastik yang ditemukannya ibarat bongkahan emas
Riang dan gembira. Karung sampah akan segera penuh
Dia akan segera menemui sang bandar di tempat penampungan rongsokan
Dia ingin cepat pulang dan beristirahat
Di bedengnga yang terbuat dari kardus-kardus bekas
Baginya, bedeng itu adalah istananya
Tempat istirahat, tempat berbagi cerita, dan tempat membesarkan anak-anaknya
Adzan telah berkumandang
Sang muadzin memanggil jamaah untuk segera memasuki mesjid
Bersimpuh ke hadapan-Nya
Aku pun bergegas meninggalkannya yanh masih asyik mengais sampah
Masih ada beberapa kantong lagi yang belum di bukanya
Perempuan pengais sampah
Kau adalah pahlawan
Pahlawan bagi keluargamu
Dan pahlawan bagi kota
Karena sampah-sampah telah kau ambil
Walau mengais sampah
Tapi kau tetap mulia
Jauh lebih mulia dari "sampah-sampah berdasi" yang menggerogoti keuangan negeri
#idrisapandi, 09122016. 13.28.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H