Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Penulis

5 Juli 2016   13:20 Diperbarui: 5 Juli 2016   13:30 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin penulis. (Foto : s4.bukalapak.com)

Oleh:

IDRIS APANDI

Pemimpin adalah orang yang ditunjuk atau dipilih untuk memimpin sekelompok orang dalam sebuah kelompok, komunitas, organisasi, instansi, bahkan sebuah negara. Tugasnya adalah untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai visi, misi, dan dan tujuan organisasi.

Pemimpin ada yang termasuk pemimpin formal dan ada juga pemimpin informal. Pemimpin formal adalah pemimpin yang dipilih atau ditunjuk melalui mekanisme administratif seperti pemilu, pilkada, atau pilkades, sedangkan pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak dipilih secara formal, tetapi secara de factokarena kemampuan atau pengaruhnya dia diakui sebagai pemimpin.

Pemimpin biasanya dipilih berdasarkan kecakapan, kompetensi, atau wibawa yang dimilikinya. Seorang pemimpin diharapkan dapat membimbing orang-orang yang dipimpinnya, melahirkan kesejahteraan, dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

Seorang pemimpin harus memiliki hard skilldan soft skillyang matang dan seimbang. Bagi seorang pemimpin, kompetensi manajerial harus lebih ditonjolkan dibandingkan dengan kompetensi teknis, karena hal-hal yang bersifat teknis bisa didelegasikan kepada staf-stafnya.

Jika berbicara tentang kompetensi pemimpin, menurut Saya ada satu kompetensi yang bisa menjadi ciri khusus, pembeda, atau keunggulan antara satu orang pemimpin dengan pemimpin yang lain, yaitu kompetensi dalam hal menulis. Pemimpin-pemimpin besar di dunia biasanya adalah seorang penulis juga. Buku-buku yang ditulisnya berisi tentang pemikiran-pemikirannya berkaitan dengan ideologi sebuah bangsa, taktik perang, strategi pembangunan, kisah dalam memimpin, dan sebagainya dengan tujuan untuk disebarkan ke seluruh dunia.

Di Tiongkok, ada jenderal Sun Tzu (544 SM-470 SM) yang menulis buku Buku “Sun Zi Bing Fa” dalam bahasa Inggris dikenal dengan “The Art of War”. Melalui taktik perang yang ditulisnya, Pasukan yang dipimpin oleh Sun Tzu berhasil mengalahkan Pasukan Kerajaan Chu. Dalam 5 kali perperangan, semuanya dimenangi oleh Pasukan Kerajaan Wu yang dipimpin oleh Sun Tzu. Kemenangan tersebut membuktikan kekuatan Kerajaan Wu dan berhasil menjadikan Kerajaan Wu sebagai Negara Terkuat di bagian selatan serta disegani oleh Negara-negara lainnya. Saat ini, ide-ide yang tercantum pada Buku The Art of War, bukan hanya digunakan pada dunia militer saja,  tetapi juga pada dunia politik, bahkan dunia bisnis. (Sumber: dinaviriya.com).

Ketika Indonesia dijajah Inggris tahun 1811-1816, Thomas Stamford Raffless yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal, menulis buku “History of Java”. Buku tersebut menjadi sebuah masterpiece dan sudah dicetak di luar negeri. Karl Marx menulis buku “Manifesto Kumunis” tahun 1848 sebagai bentuk perlawanan terhadap ideologi kapitalis yang dianggap menyengsarakan rakyat. Pikiran-pikirannya tentang sosialis-komunis banyak digunakan sebagai ideologi negara-negara di Eropa Timur, Tiongkok, dan Korea Utara. Indonesia pun sempat dirongrong oleh ideologi komunis dengan adanya pemberontakan Partai Komunis Indonesia (1948) tahun 1948 dan 1965.

Pemimpin Nazi Jerman Adolf Hittler menulis buku “Mein Kampf” tahun 1923 ketika dia berada di Penjara. Ketika NAZI berkuasa, buku ini menjadi buku yang wajib dibaca dan diberikan kepada para pengantin baru sebagai sarana untuk “mencuci otak” mereka. Setelah NAZI runtuh, maka buku tersebut dilarang, dan dianggap sebagai buku paling berbahaya karena banyak berisi hasutan, berpandangan rasis dan anti-semit.

Para pejuang kemerdekaan RI seperti Ir. Soekarno, Muhammad Hatta, Haji Agus Salim, Sjahrir, dan Tan Malaka disamping seorang pemimpin juga adalah penulis handal. Soekarno dan para pejuang kemerdekaan lainnya menulis artikel yang tersebar di koran-koran di negeri Belanda menyuarakan kemerdekaan RI. Tulisan-tulisan mereka memberikan semangat yang luar biasa dalam membakar semangat bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun