Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pagi Bermakna di Perguruan Yaspida

28 Maret 2017   10:27 Diperbarui: 28 Maret 2017   10:39 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Gerbang Perguruan Yaspida Sukabumi (Foto : Dok. Pribadi)

PAGI BERMAKNA DI PERGURUAN YASPIDA

Oleh:

IDRIS APANDI

Suatu pagi buta, di Perguruan Yaspida yang berlokasi di Parung Seah Kab. Sukabumi sekitar pukul 03.30 WIB saat masih enak-enaknya memejamkan mata, udara pun masih dingin mendorong untuk semakin menarik selimut, terdengar suara anak-anak bersahutan dan berbincang-bincang. Tempat menginap kami memang dekat dengan kamar mandi santri dan tamu yang berkunjung ke tempat tersebut.

Suara-suara anak itu semakin ramai terdengar menjelang datang waktu subuh. Saya pun bangun dan keluar penginapan. Saya melihat ada anak-anak yang menggigil kedinginan karena mandi di pagi hari atau hanya mengambil air wudhu untuk persiapan salat subuh.

Waktu salat subuh pun tiba adzan berkumandang. Tidak jauh dari tempat menginap, ada mushola yang diperuntukkan bagi santri cilik dan orang tua yang menjenguk anaknya. Saya pun melangkahkah kaki untuk melaksanakan salat subuh. Hasrat hati ingin berjamaah, tetapi Saya agak heran karena yang berada di depan bukan orang dewasa, tetapi seorang anak yang usianya sedikit lebih tua dari para makmum yang juga anak-anak seusia SD.

Santri cilik sedang salat subuh berjamaah. (Foto : Dok. Pribadi)
Santri cilik sedang salat subuh berjamaah. (Foto : Dok. Pribadi)
Saya bertanya kepada salah satu jamaah, “De, shalat subuhnya sudah?” Dia menjawab. “Belum pa, masih menunggu pembimbing.”. Karena merasa lama menunggu, maka Saya pun salat subuh munfarid. Setelah saya selesai melaksanakan salat subuh, ada seorang makmum yang mengumandangkan adzan lalu iqamah. Kemudian pembimbing yang kebetulan seorang ibu membereskan shaf salat mereka. Ada beberapa anak disuruh pergi dulu ke pondok karena tidak menggunakan peci. Beberapa saat kemudian, mereka kembali lagi ke mesjid dan salat subuh berjamaah.

Saya mengamati dari luar mushola. Sang imam yang kebetulan juga masih anak-anak dengan lantang membaca surat-surat pada saat bacaan salat yang dinyaringkan. Seluruh jamaah yang semuanya anak-anak SD masih terlihat ada yang belum khusyu, melirik ke kanan dan kiri. Tetapi tidak menjadi masalah, mereka masih anak-anak, karena Saya berpikir bahwa ini adalah pembiasaan untuk melakukan salat berjamaah. Dan memang peraturan pesantren mewajibkan semua santrinya untuk salat berjamaah. Beres salat berjamaah, mereka pun membaca wirid dan berdoa.

Mentari mulai bersinar menyinari bumi dan menghangatkan tubuh. Udara pagi begitu segar. Suara gemercik air yang dan ikan-ikan yang bergerak-gerak di kolam membuat suasana begitu nyaman dan tentram. Bagi Saya, tempat ini nyaman untuk menyepi dan mencapi inspirasi untuk bahan tulisan.

Ditemani anak Saya, Saya pun jalan-jalan, berolah raga sekaligus mengamati lingkungan pesantren yang luasnya mungkin mencapai puluhan hektar ini. Secara geografis, Perguruan Yaspida berada di wilayah pegunungan dengan posisi yang berada dilembah yang cukup curam. Berjalan naik-turun dari satu tempat ke tempat lain, membuat badan beringat dan kaki lumayan pegal.

Bangunan demi bangunan saya datangi dan hampiri. Di pondok perempuan Saya melihat ada beberapa santri perempuan yang sedang asik membersihkan sampah yang berada di lingkungan pondoknya. Saya pun melanjutkan melihat-lihat setiap bangunan. Saya penasaran untuk mengetahui bangunan-bangunan apa saja yang ada di pesantren tersebut. Perguruan Yaspida bisa dikatakan sebagai komplek pesantren yang lengkap. Berbagai fasilitas yang dibutuhkan santri disediakan, baik fasilitas pendidikan, kesehatan, pondok, akomodasi, maupun olah raga. Bahkan menyediakan penginapan bagi orang tua yang berasal dari jauh yang menjenguk atau mendaftarkan anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun