PAGI BERMAKNA DI PERGURUAN YASPIDA
Oleh:
IDRIS APANDI
Suatu pagi buta, di Perguruan Yaspida yang berlokasi di Parung Seah Kab. Sukabumi sekitar pukul 03.30 WIB saat masih enak-enaknya memejamkan mata, udara pun masih dingin mendorong untuk semakin menarik selimut, terdengar suara anak-anak bersahutan dan berbincang-bincang. Tempat menginap kami memang dekat dengan kamar mandi santri dan tamu yang berkunjung ke tempat tersebut.
Suara-suara anak itu semakin ramai terdengar menjelang datang waktu subuh. Saya pun bangun dan keluar penginapan. Saya melihat ada anak-anak yang menggigil kedinginan karena mandi di pagi hari atau hanya mengambil air wudhu untuk persiapan salat subuh.
Waktu salat subuh pun tiba adzan berkumandang. Tidak jauh dari tempat menginap, ada mushola yang diperuntukkan bagi santri cilik dan orang tua yang menjenguk anaknya. Saya pun melangkahkah kaki untuk melaksanakan salat subuh. Hasrat hati ingin berjamaah, tetapi Saya agak heran karena yang berada di depan bukan orang dewasa, tetapi seorang anak yang usianya sedikit lebih tua dari para makmum yang juga anak-anak seusia SD.
Saya mengamati dari luar mushola. Sang imam yang kebetulan juga masih anak-anak dengan lantang membaca surat-surat pada saat bacaan salat yang dinyaringkan. Seluruh jamaah yang semuanya anak-anak SD masih terlihat ada yang belum khusyu, melirik ke kanan dan kiri. Tetapi tidak menjadi masalah, mereka masih anak-anak, karena Saya berpikir bahwa ini adalah pembiasaan untuk melakukan salat berjamaah. Dan memang peraturan pesantren mewajibkan semua santrinya untuk salat berjamaah. Beres salat berjamaah, mereka pun membaca wirid dan berdoa.
Mentari mulai bersinar menyinari bumi dan menghangatkan tubuh. Udara pagi begitu segar. Suara gemercik air yang dan ikan-ikan yang bergerak-gerak di kolam membuat suasana begitu nyaman dan tentram. Bagi Saya, tempat ini nyaman untuk menyepi dan mencapi inspirasi untuk bahan tulisan.
Ditemani anak Saya, Saya pun jalan-jalan, berolah raga sekaligus mengamati lingkungan pesantren yang luasnya mungkin mencapai puluhan hektar ini. Secara geografis, Perguruan Yaspida berada di wilayah pegunungan dengan posisi yang berada dilembah yang cukup curam. Berjalan naik-turun dari satu tempat ke tempat lain, membuat badan beringat dan kaki lumayan pegal.
Bangunan demi bangunan saya datangi dan hampiri. Di pondok perempuan Saya melihat ada beberapa santri perempuan yang sedang asik membersihkan sampah yang berada di lingkungan pondoknya. Saya pun melanjutkan melihat-lihat setiap bangunan. Saya penasaran untuk mengetahui bangunan-bangunan apa saja yang ada di pesantren tersebut. Perguruan Yaspida bisa dikatakan sebagai komplek pesantren yang lengkap. Berbagai fasilitas yang dibutuhkan santri disediakan, baik fasilitas pendidikan, kesehatan, pondok, akomodasi, maupun olah raga. Bahkan menyediakan penginapan bagi orang tua yang berasal dari jauh yang menjenguk atau mendaftarkan anaknya.