Orang tua pun perlu melek literasi. (ilustrasi : http://cdn.metrotvnews.com/)
Saat ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) sedang gencar melakukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/ wali murid) dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Tujuannya untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar agar warga sekolah mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan dapat memenuhi peranya di era teknologi informasi. (Kemdikbud, 2015).
GLS dilatarbelakangi oleh masih rendahnya budaya baca masyarakat khususnya di kalangan pelajar. Membaca adalah kunci utama dalam membuka jendela ilmu pengetahuan. Sebuah peribahasa mengatakan bahwa “Buku adalah jendela dunia, dan membaca adalah kuncinya.” Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO 2012) mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Itu artinya, pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat membaca.
Masyarakat di Indonesia rata-rata membaca nol sampai satu buku per tahun. Tidak usah dibandingkan dengan Jepang dan Amerika yang rata-rata membaca 10-20 buku pertahun. Jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan ASEAN, yang membaca 2-3 buku per tahun, kita pun masih sangat ketinggalan. (Kompas, 22/02/2016).
Jika kita perhatikan masyarakat di Jepang, misalnya, aktivitas yang mereka lakukan ketika menunggu datangnya kereta api atau bis, atau ketika sudah berada di dalamya, kalau tidak diam, mereka asyik membaca buku sampai tiba di tempat kerja. Hal ini berbeda dengan kondisi di Indonesia, dimana para calon penumpang lebih suka bermain gagdetdaripada membaca buku. Ya semoga saja gadget bukan hanya digunakan untuk online media sosial atau sekedar chatting, tetapi digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, seperti membaca berita atau e-book.
GLS merupakan salah satu bentuk dari program Pengembangan Budi Pekerti sebagaimana yang diatur oleh Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Bentuk-bentuk GLS yang dapat dilakukan di sekolah antara lain; pembiasaan membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, tantangan membaca (reading challenge), pengadaan sudut baca di tiap kelas, melengkapi buku-buku koleksi perpustakaan, optimalisasi majalah dinding sebagai sarana untuk memajang karya tulis siswa, melakukan lomba-lomba yang berkaitan dengan literasi, dan sebagainya.
Peran Orangtua
Pada tulisan ini Saya ingin menyoroti peran orang tua sebagai salah satu unsur warga sekolah dalam mengembangkan budaya literasi. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Dalam konteks pendidikan, keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak.
Berdasarkan kepada hal tersebut di atas, maka peran pendidikan sangat penting dalam mendukung dan menyukseskan GLS. Untuk mewujudkannya, maka orang tua harus memahami ruang lingkupnya. Literasi adalah kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Kemampuan membaca dan menulis merupakan literasi paling mendasar.
Untuk mengoptimalkan peran orang tua dalam GLS, maka orang tua pun harus mendapatkan sosialisasi tentang GLS. Orang tua dipersiapkan untuk menjadi pelopor GLS di rumahnya. Misalnya, dengan memberikan contoh kepada anak-anaknya untuk rajin membaca, memiliki minat yang tinggi dalam mengoleksi buku-buku, menyediakan buku-buku bacaan bagi anak-anaknya, menyediakan waktu untuk membaca dan berdiskusi bersama, membawa anak-anaknya untuk mengunjungi perpustakaan dan toko buku, melakukan kegiatan bersama dengan sekolah atau kelompok masyarakat dalam kegiatan literasi, dan sebagainya.
Bagi orang tua yang berpendidikan relatif tinggi, mungkin hal tersebut tidak terlalu sulit dilakukan, tetapi bagi orang tua yang berpendidikan relatif rendah, hal tersebut mungkin sulit dilakukan dengan berbagai alasan. Jangankan mengampanyekan GLS, mendengar kata literasi saja mungkin belum pernah. Oleh karena itu, orang tua harus menjadi sasaran yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam menyosialisasikan dan mengampanyekan GLS.