Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Tanpa Tembakau yang Kehilangan Ruh

31 Mei 2016   21:04 Diperbarui: 31 Mei 2016   21:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye anti rokok. (Foto : http://lh3.googleusercontent.com/)

Oleh:

IDRIS APANDI

Siang ini, seperti biasa, kantin penuh oleh orang yang makan siang. Pak Kumis dan Mamah Dedeh, begitu sang pedagang disapa sibuk melayani pembeli. Dan Saya yang termasuk yang ikut merepotkannya karena Saya memesan makanan dan segelas jeruk panas. Sambil makan siang, Saya memindahkan channel TV dari sinetron India kesukaan Mamah Dedeh, dan mencari program berita. Jam 12-an memang beberapa stasiun berita menayangkan program berita.

Pada program berita yang Saya tonton membahas tentang Peringatan Hari Anti Tembakau Se-dunia yang diperingati setiap tanggal 31 Mei. Pada pada hari itu, diisi dengan kampanye anti tembakau atau rokok, dan salah satunya adalah para perokok dihimbau untuk tidak merorok sehari saja bertepatan dengan Hari Anti Tembakau Sedunia, sukur-sukur bisa lanjut berhenti merokok, tetapi tampaknya peringatan Hari Anti Tembakau Se-Dunia sudah kehilangan ruh. Itulah setidaknya kesan Saya ketika Saya melihat orang-orang yang datang ke kantin membeli rokok dan bebas merokok.

Urusan rokok memang urusan pelik dan menjadi pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat, bahkan di kalangan pembuat aturan (legislatif dan eksekutif pun) belum satu suara urusan rokok. Rokok adalah salah satu penghasil devisa negara. Banyak petani tembakau dan buruh pabrik rokok yang menggantungkan nasibnya dari rokok. Walau demikian, biaya kesehatan yang harus ditanggung gara-gara rokok juga jauh lebih besar daripada devisa dari rokok.  Yang pasti, beberapa orang terkaya di Indonesia adalah pengusaha rokok, dan uniknya mereka justru tidak merokok.

Semua tahu bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan. Pada satu batang rokok terdapat sedikitnya 4000 zat beracun. Dulu pada bungkus rokok tertulis rokok dapat menyebabkan gangguan jantung, kehamilan, janin, dan penyakit lainnya. Dan kini, peringatannya lebih menyeramkan lagi. Pada bungkus rokok tertulis peringatan “Rokok Membunuhmu” dan juga terdapat gambar-gambar seram untuk mengingatkan bahaya rokok.

Tetapi ternyata peringatan-peringatan tersebut tidak berpengaruh bagi pecandu rokok. Tiap tahun jumlah perokok justru semakin meningkat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 10 tahun ke atas berjumlah 58.750.592 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 56.860.457 perokok laki-laki dan 1.890.135 perokok perempuan. Hasil penelitian pun menunjukkan, setiap hari ada 616.881.205 batang di Indonesia atau 225.161.640.007 batang rokok dibakar setiap tahunnya. Jika harga 1 batang rokok Rp 1.000, maka uang yang dikeluarkan lebih dari 225 trilyun Rupiah. (Kompas, 03/06/2015). Jumlah penduduk usia 10 tahun yang merokok sebanyak 24,3% dan belanja rokoknya, setiap hari Rp 605.004.150.000. (Money.id, 31/05/2016).

Berdasarkan survei Lembaga swadaya masyarakat Lentera Anak Indonesia, anak perokok jumlahnya terus naik, 45 persen remaja berusia 13-19 adalah perokok, sementara data Global Youth Tobacco Survey menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan jumlah remaja perokok terbesar di Asia. (Liputan 6, 05/12/2014).

Seremonial

Saya melihat bahwa Hari Anti Tanpa Tembakau yang diperingati setiap tanggal 31 Mei 2016 hanya bersifat seremonial. Di kalangan pemerintah pun, hanya pihak kementerian kesehatan saja yang masih bersuara terhadap bahaya rokok. Sikap ini seolah bertentangan dengan sikap kementerian perindustrian, perdagangan, atau juga pertanian yang tidak mau terlalu ambil pusing terhadap urusan rokok, karena bagi ketiga kementerian tersebut, rokok berkaitan dengan devisa negara dan hajat hidup orang banyak. LSM pun sebenernya masih ada yang melakukan kampanye anti tembakau, tapi itu pun kalah dengan ketidakpedulian para perokok.

Harga Rokok Dinaikkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun