Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat bacaan dan tulisan

Pemelajar sepanjang hayat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guru Abad 20 Versus Murid Abad 21

27 Januari 2016   16:49 Diperbarui: 27 Januari 2016   16:54 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Guru abad 21 harus melek terhadap informasi, media, dan teknologi. (Gambar : http://www.kubiktraining.com/)"][/caption]

 

Abad 21 adalah abad teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh, berkembang, dan menyebar dengan sangat cepat. Abad 21 juga ditandai dengan adanya globalisasi. Berita dan informasi dalam hitungan detik dapat menyebar dan diketahui oleh penduduk bumi. Dalam konteks informasi dan komunikasi, batas-batas negara sudah semakin tidak jelas bahkan hampir dikatakan tidak ada. Orang-orang bisa dengan mudah terhubung, berkomunikasi, bersosialisasi, dan berinteraksi melalui beragam media sosial yang pertumbuhan penggunanya semakin meningkat.

. Ratusan negara yang ada di dunia ini menjelma menjadi semacam desa global (global village), dan warga dunia pun berubah menjadi warga global (global citizen). Manusia yang lahir dan hidup di abad 21 menjelma menjadi “manusia-manusia digital”, yaitu manusia yang akrab dengan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi. Balita saja sudah mengenal dan akrab menggunakan laptop, tablet, smartphone. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya, bahkan menjadikan gadget sebagai atau untuk membuat anaknya tidak rewel, supaya asyik main gadget, dan tidak menganggu orang tuanya. Dampak dari bermain gadget, banyak orang asyik berselancar di dunia maya, dan kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Kompetensi Manusia Abad 21

Manusia abad 21 dituntut memiliki sejumlah kemampuan, antara lain: pertama, mengembangkan karir dan kemampuan dalam bertahan hidup (Life and carrer Skill) yang meliputi sikap fleksibel dan adaptif, berinisiatif dan mendiri, dan memiliki keterampilan sosial dan beradaptasi dengan budaya, dan produktif dan akuntabel.

Kedua, memiliki kemampuan untuk belajar dan berinovasi (Learning and innovation skill) yang meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah, dan mampu berkomunikasi serta berkolaborasi. Dan ketiga, melek informasi, media, dan teknologi (Information, media, and technology) supaya tidak ketinggalan zaman, dan supaya tidak kalah bersaing di tengah persaingan yang semakin ketat. Saat ini, salah satu kunci kesuksesan seseorang adalah jika mampu melek atau menguasai informasi, media, dan teknologi.

Keterampilan abad ke-21 yang perlu diberikan kepada siswa harus bersifat  interdisipliner, terintegrasi, berbasis proyek, hingga mengaplikasikan keterampilan terbaik untuk bertahan hidup. Tony Wagner dalam bukunya Global Achievement Gap menyatakan bahwa ada tujuh keterampilan utama yang wajib siswa kuasai agar bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan, yaitu: (1) Terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah, (2) Kolaborasi berbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh, (3) Mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat dan efektif dan beradaptasi, (4) Memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan, (5)  Bicara dan memiliki kemampuan menulis secara efektif, (6) Mengakses dan menganalisis informasi, dan (7) bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi.

Dalam konteks pendidikan, perkembangan IPTEK menjadi salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian. Artinya, pendidikan merupakan sarana penyebaran IPTEK, proses pembelajaran pun saat ini telah dituntut untuk mengoptimalkan perangkat Teknologi Komunikasi dan informasi (TIK). Saat ini selain belajar di kelas, pembelajaran pun dilakukan secara digital, online, dan teleconference. Selain itu,  pendidikan pun harus mengantisipasi dampak dari IPTEK tersebut.

Dunia pendidikan saat ini dihadapkan pada tantangan pada masih rendahnya kompetensi guru yang notabene produk abad 20 dalam menggunakan perangkat TIK, khususnya guru-guru yang senior, yang telah mengabdi selama puluhan tahun. Jangankan menggunakan perangkat TIK paling mutakhir, mengoperasikan komputer atau laptop saja tidak bisa, sementara siswa-siswanya yang notabene generasi abadi 21 banyak yang mahir menggunakan perangkat TIK sehingga mengakibatkan kesenjangan kompetensi antara guru dan siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru tidak boleh gagap teknologi atau gaptek. Guru harus mau belajar dan mengakses informasi dan teknologi, walau tentunya memerlukan waktu karena harus mau mengubah pola pikir (mind set), dan perlu waktu untuk beradatasi. Guru harus mau mengejar ketertinggalannya dalam kemampuan mengakses dan mengoperasikan perangkat IT. Guru abad 21 harus mampu menyajikan materi pelajaran dengan mengoptimalkan IT supaya lebih menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun