Bulan puasa ramadhan tahun ini bertepatan dengan dua eventsepak bola, yaitu Copa Amerika Centennario yang berlangsung di Amerika Serikat dan Piala Eropa 2016 di Perancis. Gembira dan antusias dan, itulah sambutan yang diekspresikan umat Islam dan para penggemar sepak bola terhadap datangnya ketiga momen istimewa tersebut.
Menurut Saya, secara filosofis, ada kesamaan nilai filosofis antara puasa dan sepak bola. Pertama, perjuangan.Puasa adalah perjuangan menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu dari waktu imsyak sampai datangnya waktu berbuka puasa, sedangkan para pesepak bola berjuang secara tim untuk mengalahkan lawannya. Buah dari perjuangan tersebut, baik puasa maupun sepak bola adalah meraih kemenangan. Makna kemenangan dalam puasa adalah jika aktivitas menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu tersebut berhasil membentuk seorang muslim menjadi pribadi yang bertaqwa, sedangkan bagi sebuah tim sepak bola makna kemenangan adalah jika mampu mengalahkan lawannya dan meriah juara. Kemenangan yang diraih tentunya menjadi kebahagiaan dan kebanggan baik bagi orang yang berpuasa maupun sebuah tim sepak bola.
Kedua, kerja keras.
Bagi orang yang berpuasa, menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu bukan hal yang mudah, butuh kerja keras dan ketahanan fisik dan mental. Banyak orang yang seharusnya berpuasa tetapi tidak melakukannya disebabkan ada halangan (udzur) yang dibenarkan oleh syariat Islam seperti sakit, usia manula, haid, nifas, atau sedang menempuh perjalanan jauh, tapi ada juga yang memang tidak memiliki niat untuk berpuasa, meskipun dia kuat untuk melakukannya.
Sebuah tim sepak bola pun perlu kerja keras untuk memenangkan sebuah pertandingan. Sebelum bertanding, mereka melakukan latihan yang keras supaya ketika bertanding benar-benar siap. Ketika wasit meniup pluit tanda pertandingan dimulai, maka semua anggota tim bahu membahu bekerja keras untuk memenangkan pertandingan. Dalam prosesnya, kadang ada pemain yang cedera, tapi hal itu adalah sebuah resiko yang diterima dalam sebuah perjuangan.
Ketiga, pengendalian diri.
Orang yang berpuasa diwajibkan untuk mengendalikan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti makan, minum, atau melakukan hubungan suami-istri pada siang hari. Sementara para pemain sepak bola harus mampu mengendalikan diri supaya mampu bermain dalam tim, mampu mengontrol tempo permainan, kapan waktunya menyerang, kapan waktunya bertahan, mengontrol bola supaya dapat dibawa, dioper, atau ditembak ke gawang. Tim yang juara bukan hanya terdiri dari pemain-pemain berkualitas saja, tapi tim yang mampu bekerja secara kolektif, dan mampu mengendalikan tempo permainan dengan baik.
Keempat, daya tahan.Â
Orang yang berpuasa harus memiliki daya tahan dari berbagai godaan yang dapat membatalkan puasa dari waktu imsyak sampai datangnya waktu berbuka puasa. Oleh karena itu, disamping fisik yang prima, juga diperlukan keimanan yang kokoh. Agar fisik kuat, Â orang yang berpuasa disunnahkan makan sahur, mengonsumsi suplemen vitamin, dan melakukan aktivitas yang tidak terlalu menguras energi. Sedangkan untuk menguatkan keimanan, orang yang berpuasa harus meniatkan puasa karena Allah, dan puasa sebagai kewajiban harus dilaksanakan. Apalagi puasa adalah ibadah yang kualitasnya langsung dinilai oleh Allah SWT.
Para pemain sepak bola pun harus menjaga daya tahannya dengan banyak melakukan latihan fisik. Ketika bertanding, dia harus mampu menjaga staminanya dari awal sampai akhir pertandingan, jangan sampai kedodoran. Salah satu penyebab kekalahan sebuah tim adalah karena stamina pemain yang kurang optimal. Oleh karena itu, waktu menjelang akhir pertandingan (injury time)adalah waktu yang kritis karena para pemain banyak yang kelelahan sehingga ada kalanya gol penentu kemenangan terjadi pada saat injury time. Kalau hal tersebut terjadi, tentu para pemain tim yang kebobolan akan merasa sangat kecewa karena sejak menit awal mati-matian menjaga daerah pertahanannya, tapi beberapa saat menjelang pertandingan berakhir, justru kebobolan.
Kelima, kesehatan.Â