Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Puasa dalam Perspektif Deep Learning

3 Maret 2025   16:54 Diperbarui: 4 Maret 2025   03:57 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seribuan siswa-siswi dari Taman Kelompok Bermain, TK, SD, hingga SMP di bawah Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menggelar kirab untuk menyambut datangnya bulan puasa Ramadhan 1438 Hijriah, Kamis (25/5/2017).(KOMPAS.com/Puthut Dwi Putranto)

Oleh IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Ibadah puasa pada bulan ramadan diwajibkan bagi umat Islam bertujuan untuk membentuk hamba yang bertakwa. Dalam perspektif pendidikan, puasa ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus sejak subuh hingga magrib, tetapi menjadi sarana untuk mendidik diri dan melatih diri menahan hawa nafsu.

Hal ini sudah diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw dalam salah satu haditsnya yang intinya banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga. Mengapa? Karena selama berpuasa yang bersangkutan tidak dapat menahan hawa nafsu, mengucapkan kata-kata kotor, dan melakukan perbuatan tercela.

Dari lapar dan haus yang dirasakan selama berpuasa, kita bisa mengasah kepekaan, kepedulian, dan empati serta menumbuhkan sikap tolong menolong kepada orang yang kurang beruntung. 

Orang yang berpuasa menahan lapar dan haus dari subuh hingga magrib bukan karena tidak punya makanan, tapi karena memang menaati aturan waktu berpuasa. Sedangkan, di sisi lain ada saudara-saudara kita yang "berpuasa" karena memang tidak punya makanan atau minuman.

Mungkin saja di rumah orang yang berpuasa sudah tersedia makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Kulkasnya penuh dengan stok makanan dan minuman untuk sekian hari, tetapi bagi sebagian orang, mereka tidak tahu apakah nanti sore atau malam akan ada makanan dan minuman yang bisa disantap sambil bingung harus mencari ke mana karena mereka tidak punya pekerjaan dan penghasilan pada hari itu. 

Oleh karena itu, momentum puasa ramadan selain harus menjadi pengingat untuk terus bersyukur terhadap nikmat Allah, juga sarana untuk berbagi dan menolong kaum dhuafa.

Pada bulan yang penuh berkah ini, setiap satu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan dibalas puluhan bahkan ratusan kali lipat oleh Allah Swt. Selain itu, orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa, maka dia akan mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi pahala dari orang yang berpuasa. 

Sungguh sangat luar biasa keutamaan berbuat baik pada bulan Ramadan. Oleh karena itu, bulan Ramadan perlu benar-benar dimanfaatkan sebagai momentum untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

Puasa adalah ibadah yang khusus. Berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya. Mengapa demikian? Karena puasa langsung "dinilai" oleh Allah. Dalam kitab Hadits Qudsi Allah berfirman, "puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun