Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyoal Deep Learning

10 November 2024   23:23 Diperbarui: 11 November 2024   23:15 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*MENYOAL DEEP LEARNING*
Oleh IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Saat ini sedang trending informasi terkait dengan “kurikulum deep learning”. Istilah deep learning muncul saat Mendikdasmen Abdul Mu’ti berbincang-bincang santai dengan sekelompok pemuda atau mahasiswa di sebuah ruangan. Pada video yang beredar di media Tik Tok itu, Pak Mu’ti menjelaskan terkait pengertian dan karakteristik deep learning, mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning sebagai upaya meningkatkan mutu pembelajaran yang digagasnya.

Konsep deep learning sudah muncul sejak tahun 1980-an dan diteliti lebih lanjut  seiring berkembangnya teknologi dan informasi tahun 90-an. Deep learning adalah cabang dari kecerdasan buatan (AI) dan machine learning yang memanfaatkan neural network multiple layer untuk menyelesaikan tugas dengan ketepatan tinggi. (Pengantar Dasar Deep Learning karya Rometdo Muzawi, 2024:29). Penerapan deep learning pada komputer memungkinkan untuk mengolah data serupa dengan cara kerja otak manusia.

Pasca video tersebut beredar di media sosial, lalu muncul isu atau anggapan di masyarakat bahwa kurikulum merdeka akan diganti dengan kurikulum deep learning.  Dalam beberapa kesempatan, Pak Mu’ti menyampaikan bahwa deep learning (pembelajaran mendalam) bukanlah kurikulum, tetapi pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami sebuah materi ajar secara mendalam. Bisa saja materi yang dipelajari siswa sedikit, tetapi pemahamannya terhadap materi tersebut mendalam, sehingga mereka benar-benar menguasainya.

Deep learning ditunjang oleh  3 pilar, yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning. Mindful learning yaitu pembelajaran yang mengaktifkan siswa, fokus pada proses belajar, dan membangun kemampuan berpikir kritis siswa.  Kemampuan berpikir kritis muncul saat siswa diberikan tantangan dan stimulus dalam proses pembelajaran. Mereka pun diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Kesalahan dalam sebuah proses belajar bukan hal yang tabu, tetapi merupakan sebuah hal yang bisa semakin menajamkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran aktif, interaktif, dan kolaboratif menunjang untuk terjadinya pembelajaran yang membangun kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa.

Meaningful learning, yaitu pembelajaran yang bermakna. Dalam hal ini siswa belajar tentang suatu hal bukan hanya secara teoretis saja, tetapi juga secara praktis, mengalami secara langsung, dan bersifat kontekstual. Siswa bukan hanya tahu materi ajar, tetapi juga paham dan memiliki kesan yang mendalam, sehingga mereka memiliki memori jangka panjang terkait dengan materi yang telah dipelajarinya. Belajar dari pengalaman membuat siswa memahami makna sebuah kejadian atau peristiwa. Pembelajaran bermakna bisa meningkatkan daya analisis, sintesis, dan evaluasi, serta berpikir reflektif siswa. Pembelajaran bermakna pun dapat menguatkan karakter seperti menjadi manusia yang bijak, empati, dan penuh perhitungan dalam mengambil sebuah keputusan, serta mampu mengambil hikmah dari sebuah pengalaman.

Sedangkan joyful learning, yaitu pembelajaran yang menyenangkan. Maksud dari menyenangkan dalam hal ini adalah bukan pembelajaran yang isinya didominasi oleh permainan atau ice breaker yang membuat siswa tertawa dan bersenang-senang, tetapi siswa merasa senang terhadap proses belajar yang telah dilaluinya. Belajar menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga dan berkesan bagi mereka. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran guru dalam menciptakan suasana yang menyenangkan tersebut.

Rasa senang siswa terhadap sebuah materi ajar banyak dipengaruhi oleh rasa senang terhadap gurunya. Oleh karena itu, guru harus bisa menjadi sosok yang menyenangkan dan hadir di hati para siswanya. Guru yang disenangi siswanya biasanya memiliki kemampuan komunikasi yang baik, ramah, berperan selain menjadi guru, juga menjadi orang tua sekaligus teman, serta menjadi pendengar yang baik. Dan tentunya cara mengajar atau menjelaskan materinya mudah dipahami oleh siswa.

Terkait dengan isu pergantian kurikulum merdeka, Pak Mu’ti menegaskan bahwa belum ada pergantian kurikulum. Kurikulum yang berlaku saat ini masih kurikulum merdeka. Walau demikian, Kemdikdasmen saat ini sedang melakukan kajian dan evaluasi terkait dengan kurikulum merdeka melalui masukan dari berbagai pemangku kepentingan dan para ahli.

Pernyataan Pak Mu’ti hanya terkait deep learning sebagai sebuah teori dan pendekatan pembelajaran menjadi sebuah pemantik yang masih perlu dibedah dan didiskusikan lebih lanjut. Deep learning secara teknis operasional harus lebih dijabarkan dalam strategi dan metode pembelajaran. Jangan sampai para guru menjadi bingung dengan istilah tersebut.

Jika ditelaah dari sisi konsep dan paradigmanya, deep learning mengedepankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centre), memperhatikan keberagaman kemampuan dan karakteristik siswa (pembelajaran berdiferensiasi), pembelajaran yang bersifat kontekstual, pendekatan konstruktivisme, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), membangun kemampuan berpikir kritis (critical thinking), membangun kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS), dan menerapkan pendekatan saintifik melalui pembelajaran inquiry, discovery, eksperimen, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran berbasis proyek. Intinya, siswa diberikan kesempatan yang luas dan leluasa untuk mengamati, mengeksplorasi, menganalisis, dan mengambil kesimpulan dari materi yang dipelajarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun