MPLS, MOMENTUM ASESMEN DIAGNOSTIK PESERTA DIDIK BARU
Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dilaksanakan oleh sekolah bagi peserta didik baru. Kegiatan yang dilaksanakan selama 3 hari tersebut pada dasarnya adalah sebuah pengondisian dan masa adaptasi bagi peserta didik di sekolah sebagai sebuah lingkungan yang baru, aturan baru, suasana baru, serta bertemu dengan guru-guru baru dan teman-teman baru.
Acara yang selenggarakan pada saat MPLS antara lain; perkenalan, sosialisasi visi dan misi sekolah, tata tertib sekolah, guru dan tenaga kependidikan, kurikulum, kegiatan pembiasaan, kegiatan ekstrakurikuler, lingkungan dan sarana sekolah. Selain itu, juga diisi dengan penampilan seni dan kreativitas peserta didik, penyuluhan, dan sebagainya.
MPLS sebagai sebagai sebuah kegiatan pengondisian bagi peserta didik baru diharapkan bisa membangun kesan yang positif, membuat mereka yakin bahwa mereka tidak salah memilih sekolah karena mereka disambut dengan dengan ramah dan penuh suka cita oleh guru, tenaga kependidikan, dan kakak-kakak kelasnya.
Terkait dengan peserta didik baru, guru mungkin masih awam dengan kemampuan mereka. Oleh karena itu, MPLS dapat dimanfaatkan sebagai sarana asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik adalah asesmen yang dilakukan diawal tahun ajaran, awal semester, atau awal pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal, kesulitan belajar, kebutuhan belajar, gaya belajar, karakter, dan kondisi psiko-sosial peserta didik.Â
Asesmen diagnostik terdiri dari asesmen diagnostik kognitif dan asesmen diagnostik non-kognitif. Asesmen diagnostik kognitif untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Bentuk instrumennya misalnya tanya jawab, kuis, atau games, sedangkan asesmen diagnostik non-kognitif untuk mengetahui kondisi psiko-sosial peserta didik. Bentuk instrumennya misalnya angket, tanya jawab, wawancara, observasi, penilaian diri, atau penilaian teman.
Asesmen diagnostik yang dilakukan pada saat MPLS bukan bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada aspek literasi dan numerasi (membaca, menulis, dan berhitung) atau pengetahuan umum, bukan spesifik pada mata pelajaran atau tema tertentu sehubungan peserta didik belum diorientasikan untuk mempelajari mata pelajaran tertentu.Â
Sedangkan asesmen diagnostik non-kognitif misalnya untuk mengetahui cita-cita, hobi, kebiasaan belajar di rumahnya, pola komunikasinya dengan orang tua, pergaulan di lingkungan tempat tinggalnya, perasaannya saat masuk ke sekolah, perasaan saat bertemu dengan teman-teman baru, kesan saat melihat lingkungan sekolah, dan sebagainya.