Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Merdeka Belajar melalui Pembelajaran HOTS)
Sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka, guru didorong untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan minat, kebutuhan, dan gaya belajar peserta didik.Â
Mengapa demikian? Karena pada dasarnya setiap peserta didik unik. Mereka memiliki kecerdasan, minat, bakat, kemampuan, kebutuhan belajar yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing.
Hal yang harus digaris dibawahi dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah pada dasarnya peserta didik tidak ada yang bodoh, tetapi yang ada adalah guru yang belum menemukan strategi atau metode yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.Â
Selain itu, pada dasarnya tidak ada anak yang tertinggal, tetapi yang ada adalah anak yang memiliki waktu yang berbeda untuk menguasai sebuah konsep atau sebuah materi pelajaran.
Semua anak bisa unggul pada bidangnya masing-masing. Jika ada seorang anak memiliki keterbatasan fisik, hambatan, atau keterlambatan dalam penguasaan materi pelajaran bukan berarti anak tersebut dikategorikan anak yang gagal, tidak bisa sukses, dan tidak memiliki masa depan, tetapi ada potensi atau bakat yang bisa dikembangan asal dibina dan diarahkan oleh guru dengan dukungan orang tuanya.Â
Seperti apapun kondisi anak sebagai karunia Tuhan, pada intinya tidak ada produk gagal. Hal yang perlu dilakukan adalah bagaimana anak tersebut bisa percaya diri dan yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah wujud pembelajaran yang inklusif, pembelajaran yang melayani semua peserta didik dengan gaya belajar yang dimilikinya tanpa terkecuali. Pembelajaran berdiferensiasi memosisikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran (student center).
Pembelajaran berdiferensiasi bukan hal yang mudah untuk dilakukan mengingat setiap peserta didik bisa memiliki minat, kebutuhan belajar, dan gaya belajar yang berbeda.Â
Oleh karena itu, guru harus semakin kreatif menggali ide dan strategi baru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Hal tersebut berkonsekuensi guru semakin memiliki mental pemelajar dan resiliensi (ketahanan dan keuletan) dalam melaksanakan tugasnya dan mencari solusi dari tantangan yang dihadapinya dalam pembelajaran.