MENULIS, TRADISI BARU GURU PENGGERAK
Oleh: IDRIS APANDI
(Asesor Program Guru Penggerak, Widyaprada Ahli Madya BBPMP Provinsi Jawa Barat)
Â
Program Guru Penggerak (PGP) sebagai salah satu kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Kemendikbudristek sejak tahun 2019 bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.Â
Mengapa demikian? Karena pembelajaran yang bermutu akan berdampak terhadap hasil atau meningkatnya prestasi peserta didik. Masih rendahnya kemampuan literasi dan numerasi peserta didik menjadi hal yang harus diperbaiki oleh pemerintah. Guru merupakan ujung tombak dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikan, harus dimulai dari peningkatan mutu gurunya terlebih dahulu. Implementasi kurikulum merdeka yang saat ini dijalan mendorong agar guru meningkatkan kompetensinya melalui PGP.
Pendaftar calon guru penggerak yang lolos seleksi akan mengikuti pendidikan selama 9 bulan yang kemudian diefektifkan menjadi 6 bulan. Selama proses pendidikan, para guru penggerak mempelajari berbagai modul yang pada intinya disamping untuk meningkatkan kompetensinya, juga untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kepada peserta didik. Mengapa mutu layanan pendidikan kepada peserta didik harus ditingkatkan? Karena pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik (student centre). Tujuan pembelajaran paradigma baru adalah 3M, yaitu, Murid, Murid, dan Murid.
Dalam pandangan saya, ada satu hal yang menarik dalam PGP ini. Apakah itu? Yaitu setiap peserta PGP diwajibkan untuk menulis, diantaranya menulis jurnal refleksi sebagai sarana untuk menuliskan hal-hal penting yang menjadi ekspresi pemahaman materi, curahan pengalaman, dan kesan yang dirasakan setelah mengikuti satu materi tertentu. Â Hal tersebut bisa menjadi sarana bagi peserta PGP untuk meningkatkan kemampuan menulis.
Sebenarnya, harapan sekaligus kewajiban harus bisa menulis sudah ada sejak sekian tahun yang lalu, khususnya setelah adanya syarat menulis karya ilmiah untuk kenaikan pangkat guru. Setelah itu, geliat kegiatan guru dalam menulis pun semakin semarak. Dan setelah munculnya program gerakan literasi tahun 2016, kegiatan pelatihan menulis bagi guru semakin meningkat. Misalnya, ada program pelatihan satu guru satu buku atau satu buku satu guru yang tujuannya meningkatkan minat dan produktivitas guru dalam menulis.
Kegiatan PGP yang diantaranya diisi dengan menulis rencana kegiatan, menulis pengalaman, dan refleksi pascakegiatan, semakin menguatkan semangat menulis bagi guru. Dalam prosesnya tentu beraneka ragam. Ada yang lancar, kurang lancar, atau bahkan tergopoh-gopoh karena belum terbiasa dan belum mampu menulis dengan baik dan lancar.Â
Tidak apa-apa. Nikmati saja prosesnya. Mengapa demikian? Karena dengan mengikuti proses dengan baik, maka saat menggapai puncak prestasi akan menjadi sebuah hal yang sangat membanggakan. Kita bisa mengapresiasi keberhasilan kita sendiri, karena kita tahu bagaimana pahit getirnya sebuah proses mencapai kesuksesan.