Guru berperan bukan hanya sebagai salah satu sumber belajar, tetapi juga sebagai fasilitator. Peran sebagai fasilitator yang diharapkan lebih dominan dilakukan oleh guru. Sebagai fasilitator, guru mengelola dan mengatur proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan bermakna bagi peserta didik.
Pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik sebenarnya sudah ditekankan untuk dilaksanakan oleh guru sejak kurikulum-kurikulum sebelumnya, tinggal pelaksanaannya saja yang perlu dilakukan lebih optimal dan konsisten karena pada praktiknya pembelajaran masih banyak yang berpusat kepada guru. Inilah semangat yang coba ditegaskan pada implementasi kurikulum merdeka.
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi dengan lingkungan, kehidupan, dan tingkat perkembangan berpikir peserta didik.Â
Tujuannya agar peserta didik bisa lebih mudah memahami materi pelajaran, meyakini bahwa materi yang dipelajarinya tersebut akan sangat bermanfaat, relevan dengan kebutuhan, dan akan digunakan dalam kehidupannya, bahkan menjadi sarana untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kontekstual akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bermakna bagi peserta didik. Saat menyajikan sebuah materi, guru memberikan contoh hal yang paling dekat dan relevan dengan kehidupan peserta didik dan mulai dari hal yang paling sederhana sehingga mereka bisa memahaminya dengan baik. Selain itu, guru juga bisa meminta peserta didik memberikan contoh sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Membangun Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Konstruktivisme dalam pembelajaran maksudnya adalah peserta didik diarahkan dan dibimbing oleh guru untuk menemukan atau membangun sendiri definisi, konsep, dan makna dari materi yang dipelajarinya sehingga hal tersebut terekam dalam ingatannya dalam jangka waktu lama bahkan seumur hidupnya.Â
Penggunaan metode inkuiry (mencari) dan discovery (menemukan) bisa menjadi sarana bagi peserta didik untuk membangun konstruksi pemahaman mereka dari materi yang dipelajarinya.
Guru tidak lagi menjejali peserta didik dengan teori, definisi, pengetahuan, dan penjelasan, dan contoh-contoh yang seolah hal yang disampaikan gurulah yang paling tepat dan paling benar, tetapi justru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah, mengolah dan menganalisis data dan informasi yang ditemukannya hingga mereka bisa menyusun sebuah kesimpulan dari hal-hal yang ditemukannya.Â
Setelah itu, guru bisa memberikan penguatan, menambahkan, melengkapi, atau mengoreksi jika kesimpulan peserta didik dianggap kurang tepat.