ASESMEN DIAGNOSTIK, ASESMEN FORMATIF, DAN ASESMEN SUMATIF DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
ANALOGI : MAKANAN OLAHAN DARI BAHAN JENGKOL
Keluarga pak Harun memiliki makanan pavorit yang sama, yaitu jengkol. Jengkol, walau aromanya kurang sedap, tapi bisa meningkatkan nafsu makan. Bu Asti, istri pak Harun pun senang memasak berbagai menu makanan dari bahan jengkol. Bu Asti yang juga penyuka jengkol merasa senang kalau jengkol yang dimasaknya habis dimakan oleh Pak Harun, dan ketiga anaknya, Herman, Heri, dan Hani.
Bu Asti sebagai koki harus memahami selera setiap anggota keluarganya yang beragam. Sebelum memasak jengkol, bu Asti tentunya bertanya terlebih dahulu (asesmen diagnostik) kepada setiap anggota keluarga mau makan sama jengkol atau tidak? Kalau misalnya mau makan sama jengkol, variasi menunya mau seperti apa.
Setelah Bu Asti bertanya, maka muncullah permintaan yang beragam (diferensiasi) dari suami dan ketiga anaknya. Pak Harun suka Jengkol yang digoreng ditaburi garam dan penyedap rasa. Herman suka jengkol yang disemur, Heri suka jengkol balado cabe hijau, dan Hani suka jengkol balado ditaburi ikan teri. Bu Asti pun menyanggupi permintaan mereka. Sebelum memasak, bu Asti memeriksa ketersediaan jengkol dan bumbu-bumbu di kulkas. Lalu bu Asti memeriksa ketersediaan minyak goreng, alat-alat masak, kompor, dan gas.
Bu Asti dibantu Hani memasak menu olahan jengkol dengan semangat di dapur. Sambil memasak, bu Asti mencicipi (asesmen formatif) setiap menu olahan jengkol yang dimasaknya sehingga enak dan lezat. Pak Harun, Herman, dan Heri menunggu makanan tersaji sambil menonton TV di ruang keluarga. Setelah beberapa saat, maka menu makanan dari jengkol pun jadi dan disajikan di atas meja makan. Mereka makan dengan lahap. Makanan yang ada di atas meja pun habis, tidak tersisa.
"Mah, makasih ya. Jengkolnya enak." Pak Harun mengucapkan terima kasih kepada bu Asti. "Iya mah. Semur jengkol buatan mamah memang nomor 1." Herman menimpali. "Jengkol baladonya juga mantap surantap deh pokoknya." Hani pun ikut bicara sambil mengacungkan jempol kanan ke bu Asti. (asesmen sumatif). Mendengar pujian dari mereka, bu Asti pun tersenyum sambil berkata. "Alhamdulillah kalau masakan mamah cocok di lidah papah dan anak-anak."
Refleksi:
Dari cerita di atas dapat diambil makna sebagai berikut:
- Bu Asti (guru) bertanya terhadap anggota keluarganya menu olahan jengkol apa yang ingin dimakan oleh mereka. Bu Asti pun harus memeriksa (observasi) kesiapan alat dan bahan untuk memasak olahan jengkol. (asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif).
- Melalui bertanya (asesmen diagnostik), bu Asti (guru) tahu, memahami, dan melayani/memfasilitasi keinginan anggota keluarga (peserta didik) yang beragam (diferensiasi) sehingga menu olahan jengkol yang dimasaknya (materi pelajaran) habis dimakan oleh mereka (belajar dengan menyenangkan).
- Melalui takaran bumbu yang pas dan cara masak yang berkualitas (strategi pembelajaran efektif) yang disajikan bu Asti (guru), Anggota keluarga bu Asti (peserta didik) bisa makan dengan kenyang dan merasa puas terhadap menu olahan jengkol yang enak dan lezat yang disajikan oleh bu Asti (pembelajaran bermakna).
- Icip-icip masakan yang dilakukan oleh bu Asti (guru) selama memasak menu olahan jengkol (proses pembelajaran), selain sebagai bentuk asesmen formatif untuk refleksi dan dasar untuk peningkatan mutu, juga sebagai bentuk control kualitas (quality control) terhadap mutu (keterampilan proses dalam pembelajaran).
- Pujian yang diberikan oleh suami dan anak-anak bu Asti menandakan bahwa menu olahan jengkol (mutu pembelajaran) yang disajikan bu Asti (guru) sesuai dengan harapan mereka (penilaian sumatif/tujuan pembelajaran tercapai).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H