Kurikulum prototipe menghadirkan fleksibilitas bagi sekolah untuk mengatur jadwal pelajaran.Â
Alokasi jam pelajaran yang biasanya ditetapkan per minggu, pada kurikulum prototipe diatur menjadi satu tahun pelajaran.Â
Sekolah dapat mengatur secara fleksibel materi pelajaran apa yang akan diajarkan atau tidak diajarkan pada kelas dan pada semester tertentu. Namun, yang penting dalam satu tahun mencapai jumlah jam pelajaran yang telah ditetapkan pada stuktur kurikulum nasional.
Pro dan kontra pun muncul terkait kurikulum prototipe ini. Pihak yang kontra terhadap kurikulum prototipe mempertanyakan terkait urgensi munculnya kurikulum ini karena Kurikulum 2013 (K-13) baru beberapa tahun diimplementasikan.Â
Guru-guru banyak yang belum benar-benar paham terkait implementasi K-13, sudah mau diganti lagi. Hal ini pun semakin menguatkan anggapan bahwa ganti Menteri ganti kurikulum.
Pihak yang pro berpendapat bahwa pergantian kurikulum bukan hal tabu untuk dilakukan. Kurikulum pendidikan harus mampu mengikuti dinamika dan perkembangan zaman. Perubahan kurikulum perlu dilakukan untuk mengejar ketertinggalan mutu pendidikan Indonesia pada level regional dan internasional.Â
Bahkan faktanya kurikulum hampir selalu tertinggal oleh perkembangan zaman. Misalnya, di saat peserta didik SMK jurusan mesin kendaraan masih belajar dan praktik service mesin kendaraan yang menggunakan karburator, industri kendaraan telah mengeluarkan kendaraan yang menggunakan injeksi. Oleh karena itu, terjadi kesenjangan antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan.
Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum prototipe. Peserta didik perlu dibekali dengan kompetensi yang menjadi bekal di masa depan. Pada proses pembelajaran, peserta didik lebih diarahkan untuk melakukan proyek, menyingkap (inquiry), menemukan (discovery), pembelajaran berbasis masalah secara kontekstual, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).Â
Perubahan kurikulum pada dasarnya adalah hal yang lumrah dilakukan. Setiap pemimpin tentunya ingin menjabarkan visinya melalui berbagai kebijakan khususnya terkait peningkatan mutu pendidikan. Hal tersebut nantinya akan menjadi legacy saat dirinya tidak menjabat lagi.Â
Walau demikian, tentunya perubahan dan berbagai kebijakan yang diambil perlu didasarkan pada hasil evaluasi dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.Â
Berbagai masukan, termasuk dari pihak yang mengkritisi atau kontra pun tentunya perlu dijadikan bahan pertimbangan agar implementasi kurikulum prototipe tersebut dalam dilaksanakan dengan optimal.