Munculnya kasus kekerasan seksual di lembaga pendidikan mungkin karena sistem pembinaan dan sistem pengawasan yang lemah. Selain itu, ada juga faktor kurangnya integritas oknum guru di lembaga pendidikan tersebut.
Hal ini ini memang sangat memprihatinkan karena guru diharapkan bisa menjadi teladan bagi murid-muridnya, bukan justru menjadi perusak bagi fisik dan psikologis murid serta pencoreng nama baik lembaga tempatnya bekerja.
Kekerasan di lingkungan pendidikan sebenarnya bukan hanya kekerasan seksual, tapi juga perundungan. Hal ini pun perlu diperhatikan oleh pengelola boarding school dan pesantren.
Masyarakat menaruh harapan yang sangat tinggi terhadap kedua lembaga pendidikan tersebut. Walau demikian, masyarakat pun harus hati-hati sebelum memasukkan anaknya ke boarding school atau pesantren, apalagi yang berlabel gratis, sistem pendidikannya dan manajemennya belum belum jelas.
Masyarakat perlu mencari informasi dari berbagai sumber terkait lembaga pendidikan tempat menitipkan anaknya. Jangan tergiur dengan label gratis walau ada juga lembaga pendidikan yang gratis sekaligus amanah dalam menyelenggarakan sistem pendidikannya.
Pihak boarding school dan pesantren harus terbuka terhadap informasi kondisi murid atau santrinya, khususnya kepada orang tua/walinya.
Pihak manajemen pun menyiapkan saluran pengaduan dan cepat tanggap jika ada kasus-kasus kekerasan yang terjadi di kalangan murid/ santri sekaligus memberikan jaminan perlindungan karena ada kalanya korban kekerasan tidak mau atau takut melapor karena diancam oleh pelaku.
Kerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak (KPAI), aparat kepolisian, atau lembaga lain yang relevan pun perlu dilakukan dalam sosialisasi dan mengedukasi antikekerasan di lingkungan pendidikan.
Intinya, munculnya kasus kekerasan, termasuk kekerasan seksual di boarding school atau pesantren jangan sampai memunculkan muncul stigma bahwa kedua lembaga pendidikan sudah tidak aman untuk belajar bagi anak-anak.
Masih banyak lembaga pendidikan Islam yang baik dan berintegritas. Pilah, pilih, dan cari informasi terkait lembaga pendidikan yang dituju sebelum memutuskan menyekolahkan anak.
Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)