6 MANFAAT MENULIS BAGI WIDYAPRADA
Oleh: IDRIS APANDI
(Widyaprada Ahli Madya LPMP Jawa Barat)
Â
Pasal 1 ayat (6) Permenpan RB Nomor 3 Tahun 2019 Jabatan Fungsional Widyaprada  menyatakan bahwa "Jabatan Fungsional Widyaprada adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan."Â
Lalu pada pasal 1 ayat (7) dinyatakan bahwa "Pejabat Fungsional Widyaprada yang selanjutnya disebut Widyaprada adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melaksanakan kegiatan Pemetaan Mutu Pendidikan, Pendampingan Satuan Pendidikan, Pembimbingan Satuan Pendidikan, Supervisi Pendidikan, dan/atau Pengembangan Model Penjaminan Mutu Pendidikan."
Kemudian pada pasal 5 Tugas Jabatan Fungsional Widyaprada yaitu melaksanakan kegiatan Pemetaan Mutu Pendidikan, Pendampingan Satuan Pendidikan, Pembimbingan Satuan Pendidikan, Supervisi Pendidikan, dan/atau Pengembangan Model Penjaminan Mutu Pendidikan.Â
Di samping penguasaan terhadap tugas-tugas tersebut, hal yang tidak dapat dikesampingkan dalam pelaksanaan tugas seorang Widyaprada adalah kemampuan menulis. Mengapa? Karena aktivitas menulis bagi Widyaprada membawa sejumlah manfaat sebagai berikut.
1. Menunjang Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan Widyaprada tidak lepas dari aktivitas menulis, seperti saat menyusun instrumen, menyusun peta mutu, menyusun rekomendasi peningkatan mutu, menyusun model penjaminan mutu, menyusun laporan pendampingan peningkatan mutu, menyusun laporan supervisi mutu, menyusun laporan monitoring dan evaluasi (monev), dan sebagainya.Â
Kemampuan menulis yang baik tentunya akan membantu mempercepat penyelesaian pekerjaan. Selain itu, kemampuan menulis yang baik akan menunjang dalam menyusun kalimat atau paragraf yang efektif dalam artian pararaf yang singkat, jelas, tidak bertele-tele, dan mudah dipahami oleh pembaca. Tulisan-tulisan yang dibuatnya tentunya bisa menjadi salah satu pengungkit peningkatan mutu pendidikan.
2. Pengembangan Profesi
Widyaprada memiliki kewajiban untuk menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) dalam bidang penjaminan mutu pendidikan sebagai sarana pengembangan profesi. Bahkan hal tersebut masuk ke dalam unsur utama.Â
Dari KTI yang memenuhi syarat, dia mendapatkan Angka Kredit (AK) yang akan menunjang untuk kenaikan pangkat. Jenis KTI yang ditulis bisa dalam bentuk laporan penelitian, buku, dan artikel ilmiah.Â
Secara rinci, jenis KTI dan AK yang didapatkan diatur pada Permendikbud Nomor 37 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Widyaprada.
3. Menyebarkan Gagasan
Menulis adalah sarana untuk menyebarkan ide atau gagasan. Orang lain akan tahu gagasan-gagasan kita secara runtut melalui tulisan yang kita tulis.Â
Dulu, seorang penulis mengirimkan tulisannya ke redaksi koran, majalah, atau jurnal agar tulisannya bisa dipertimbangkan untuk di muat di media yang dituju. Dia pun harus bersaing dengan penulis-penulis lain yang juga memiliki harapan yang sama.
Oleh karena itu, sekian tahun silam, sangat sulit sebuah tulisan bisa dimuat di koran atau majalah, apalagi koran atau majalah yang terkenal dan memiliki tiras yang besar.
Di zaman yang canggih dan modern saat ini, kita bisa menyebarkan gagasan kita melalui tulisan yang dimuat di blog atau media sosial. Sebuah tulisan yang disebarkan bisa cepat beredar dari grup WA ke grup WA yang lainnya.Â
Sebuah tulisan yang isinya bermanfaat disebarkan melalui berbagai media selain menjadi jejak sejarah bagi penulisnya, insya Allah akan menjadi pahala yang terus mengalir padanya.
4. Membangun Citra Diri
Tulisan selain bertujuan untuk menyebarkan gagasan, juga bisa jadi sarana untuk membangun citra dirinya. Seiring dengan produktivitasnya menulis, dia akan dikenal sebagai penulis. Hal tersebut tentunya akan menjadi nilai tambah bagi dirinya.Â
Tulisan-tulisan yang disebarkan baik di blog atau pun media sosial, kemudian jika tulisannya dikutip atau menjadi rujukan bagi orang lain, membuat citra dirinya semakin meningkat. Selain itu akan menjadi kebanggaan bagi sang penulis karena tulisannya dibaca dan dijadikan referensi oleh orang lain.
Citra atau pencitraan tidak selalu identik dengan hal yang buruk. Di zaman ini, banyak kegiatan positif termasuk menulis yang bisa kita jadikan sebagai sarana membangun citra diri secara positif. Saat ini bukan lagi waktunya kalau punya kemampuan disembunyikan, tetapi diperlihatkan, ditampilkan, dan disebarkan agar lebih bermanfaat.
Walau mungkin saja ada yang kurang sependapat terhadap tulisan yang dibuat, hal tersebut adalah hal yang biasa. Ambil saja sisi positifnya. Jadikan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu tulisan. Portofolio tulisan seorang penulis bisa menjadi rekam jejak dan bisa menjadi dasar kepercayaan bagi pihak lain untuk melibatkan dirinya dalam pelaksanaan program yang sesuai dengan kompetensi yang bersangkutan. Dari sini dia bisa menambah relasi kerja dan pengalaman.
5. Teladan Berliterasi
Seiring dengan digulirkannya gerakan literasi sejak 2015, Widyaprada bisa menjadi teladan berliterasi dengan memberi contoh kepada rekan sejawat, praktisi pendidikan, dan peserta didik menghasilkan karya tulis sebagai karya nyata. Dengan demikian, dia bisa menjadi sosok inspiratif bagi pihak lain dalam berkarya.
6. Peluang Menambah Penghasilan
Walaupun bisa jadi menambah penghasilan bukan menjadi tujuan utama menulis, tetap tidak mustahil menulis bisa menjadi sarana untuk menambah penghasilan. Misalnya dari penjualan buku, honor menulis di koran atau majalah, atau honor diundang menjadi narasumber pelatihan menulis.Â
Masalah penghasilan bukan tujuan, tetapi dampak dari hal yang telah dilakukannya. Sesuatu yang berkualitas pastinya akan banyak diperlukan oleh pihak lain. Insya Allah rezeki akan mengikuti dengan sendirinya.
Gagasan dan pemikiran para Widyaprada sebagai salah satu ujung tombak peningkatan mutu pendidikan dinanti oleh para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, mulai dari pemerintah, satuan pendidikan, dan satuan pendidikan, karena peningkatan mutu pendidikan adalah pekerjaan yang memerlukan gotong royong semua pihak, diantaranya sumbangsih pemikiran dari para Widyaprada.
Selain menulis hal yang sesuai dengan tupoksinya, menurut saya, para Widyaprada dapat menulis jenis karya tulis apapun, baik fiksi maupun nonfiksi, karena menulis bukan semata-mata untuk mengejar angka kredit atau untuk naik pangkat, tetapi sebagai sarana untuk berekspresi, mendapatkan kepuasaan batin, mendokumentasikan pemikiran, dan sebagainya. Intinya menulis. Marilah menulis para Widyaprada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H