Anak diajari untuk memasukkan data orang yang membayar zakat seperti nama pembayar zakat, alamat tempat tinggal, jumlah jiwa yang dibayar zakatnya, jenis yang digunakan untuk membayar zakat (beras/uang), dan sebagainya. Saat zakat fitrah disalurkan kepada mustahiq dengan cara diantar langsung ke tempat tinggal mustahiq, anak mengetahui kedudukan atau lokasi setiap mustahiq zakat fitrah.
Selesai proses penerimaan dan penyaluran zakat fitrah, anak diajak untuk membuat laporan penerimaan zakat fitrah. Selain laporan dalam bentuk tertulis, anak juga diajari atau diminta untuk membantu membuat info grafis berupa tabel rekap penerimaan zakat, grafik persentase pembayaran zakat setiap RT pada satu lingkungan RW, dan sebagainya.
Pasca penerimaan dan penyaluran zakat fitrah anak diajak untuk ikut serta dalam proses evaluasi kegiatan tersebut. Pada prosesnya tentunya ada data-data yang dianalisis. Misalnya, dari total zakat fitrah yang diterima, berapa Kg total beras dan berapa uang yang diterima?Â
Apakah sesuai dengan jumlah wajib zakat berdasarkan data penduduk dari ketua RT atau RW? Kalau misalnya ada ketidaksesuaian, seperti jumlah zakat yang diterima di bawah target yang ditentukan, dianalisis penyebabnya. Jika warga menghendaki membayar zakat menggunakan aplikasi digital, apakah hal tersebut perlu difasilitasi oleh amilin pada penerimaan zakat fitrah tahun berikutnya? Dan sebagainya.
Berdasarkan kepada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa zakat fitrah selain sebagai sebuah aktivitas keagamaan, juga dapat menjadi sarana untuk menguatkan kemampuan literasi dan numerasi anak atau peserta didik. Pada kegiatan tersebut, mereka diajak untuk berpikir secara kritis, analitis, dan reflektif terkait dengan teknis dan data seputar penerimaan dan penyaluran zakat fitrah di tempat tinggalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H