BERGERAK MEMPERKUAT KEMAMPUAN LITERASI DIGITALÂ
Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis Buku Penjaminan Mutu Pembelajaran Jarak Jauh)
Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2021 adalah "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar". Tema tersebut bisa dimaknai sebagai motivasi bagi para insan pendidikan di Indonesia untuk terus bergerak meningkatkan kompetensi diri dalam rangka mendukung program pemerintah meningkatkan mutu pendidikan. Sejak tahun 2020 sampai saat ini, pendidikan Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Kegiatan belajar yang biasanya dilakukan secara tatap muka diubah menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar dari Rumah (BDR) dengan menggunakan moda dalam jaringan (daring). Ada juga sekolah yang menerapkan pembelajaran kombinasi daring-luring mengingat tidak semua peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara daring.
Dibalik segera kendala dan tantangan yang dihadapi dalam PJJ atau BDR seperti masalah sarana (laptop/smartphone), beban kuota internet, dan kemampuan guru dalam menggunakan aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), tetapi ada sisi positifnya, yaitu guru dan tenaga kependidikan yang belum menguasai TIK mau belajar meningkatkan kemampuannya dalam menguasai TIK sebagai modal utama dalam melaksanakan pembelajaran secara daring.
Ada tren peningkatan kemampuan literasi teknologi dan literasi digital pada masa pandemi. Hal ini tentunya sesuatu yang baik dan perlu terus ditingkatkan ditengah rencana Kemdikbud untuk melakukan digitalisasi pendidikan. Literasi digital bisa diartikan sebagai kemelekkan seseorang dalam menguasai dan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek kehidupannya. Literasi digital juga bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan perangkat teknologi secara bijak tidak digunakan untuk menyebarkan berita hoaks atau ujaran kebencian.
Literasi digital tidak dapat dilepaskan dari data dan informasi yang bisa diolah dan dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Literasi digital bukan diperlukan dan bermanfaat pada saat pandemi saja, tetapi pascapandemi pun, hal tersebut akan sangat membantu dalam setiap aktivitas manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, penguasaan literasi digital perlu terus ditingkatkan. Perkembangan iptek yang sangat cepat memberikan konsekuensi kepada setiap orang untuk dapat beradaptasi dengan cepat pula.
Di era high-tech dan era digital saat ini, yang disebut buta huruf bukanlah tidak mampu membaca dan menulis, tetapi tidak mampu mengoperasikan perangkat teknologi. Dunia saat ini sedang memasuki revolusi industri 4.0 bahkan sebagian negara di dunia sudah mempersiapkan diri memasuki society 5.0. Kemampuan menggunakan perangkat teknologi merupakan sebuah keniscayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkapkan 60 persen guru di Tanah Air belum menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). (Merdeka, 15/04/2021).
Berbagai aktivitas dan transaksi sudah dilakukan secara elektronik. Perubahan tidak bisa dibendung. Hal yang perlu dilakukan adalah menyikapi perubahan tersebut dengan sikap terbaik agar bisa menyesuaikan diri dan tidak tidak tersingkir dari peradaban di dunia modern. Dunia pendidikan terus bergerak secara dinamis untuk menjawab berbagai tantangan zaman. Para pelakunya pun harus tentunya harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan pun semakin kompleks, khususnya dalam hal peningkatan mutu lulusan untuk menghadapi masa depan yang juga penuh persaingan dan tantangan.
Inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran menjadi hal yang mutlak perlu terus dikembangkan oleh guru. Strategi pembelajaran yang bersifat kontekstual dan lebih mengarahkan peserta didik memiliki pengalaman langsung perlu terus dikembangkan oleh guru. Peserta didik zaman sekarang sudah banyak yang melek TIK, bahkan sudah lebih melek dari orang tua dan gurunya. Pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah melakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menguasai TIK. Begitu pun organisasi profesi guru sudah banyak yang memprakarsai pelatihan inovasi pembelajaran berbasis TIK.
Pemanfaatan TIK tentunya bertujuan untuk mendukung optimalisasi pembelajaran. Teknologi pembelajaran adalah tool yang perlu dikelola dan dioptimalkan dengan baik oleh guru. Saat ini para guru sudah akrab dengan aplikasi vicon, Learning Management System (LMS), dan aplikasi untuk membuat video pembelajaran. Sebelum terjadinya pandemi, guru tidak memperkirakan bahwa penguasaan TIK begitu mendesak. Pada awal pandemi, banyak guru yang bingung dan gagap TIK, tetapi dalam perkembangannya, sudah bisa menyesuaikan diri dengan situasi pandemi. Orang tua pun perlu meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan literasi digital minimal dalam memanfaatkan grup grup WA untuk berkomunikasi dengan guru, dan memantau pengerjaan tugas anaknya. Wallaahu a'lam.