Pernahkah Anda bertamu ke sebuah tempat, baik atas dasar menghadiri undangan atau atas inisiatif sendiri untuk bersilaturahim, lalu diterima oleh tuan rumah dengan ramah? Apa yang Anda rasakan? Â
Begitu pun sebaliknya. Apa yang Anda rasakan saat Anda bertamu ke sebuah tempat, tetapi penerimaan tuan rumah kurang bahkan tidak ramah.Â
Wajah kecut, sikap yang kurang bersahabat, dan untaian perkataan yang kurang enak didengar.Â
Saya yakin perasaan Anda sama perasaan saya, yaitu akan merasa senang jika disambut dengan baik dan ramah oleh tuan rumah. Dan sebaliknya, saya ataupun Anda akan kecewa jika sambutan atau penerimaan tuan rumah kurang nyaman.
Kita pasti akan merasa betah jika tuan rumah ramah. Sebaliknya, kita akan merasa gerah jika tuan rumah kurang ramah.Â
Saat tuan rumah ramah, waktu bertamu tidak terasa terlalui walau ternyata sudah lama berada di tempat itu, tetapi  kalau tuan rumah kurang ramah, maka kita ingin cepat meninggalkan tempat itu. Kita tentu kecewa mendapatkan penerimaan seperti itu dan akan makin kecewa saat kita datang atas undangan tuan rumah.
Di tempat wisata, tamu (wisatawan) diposisikan seperti raja, karena mereka adalah pihak yang memang diharapkan datang dan memberikan devisa kepada daerah yang dikunjunginya.Â
Mulai dari bandara, pelabuhan, dan stasiun dipasang foto atau spanduk ucapan selamat datang baik dari kepala daerahnya maupun model iklan untuk menyambut para wisatawan agar mereka betah.
Islam mengajarkan bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu. Bagaimana caranya? Diantaranya dengan sambutan atau penerimaan yang ramah. Etika sosial pun tentunya mengatur bagaimana cara menyambut tamu dan juga cara bertamu yang baik.
Jamuan air minum bisa menjadi sarana untuk menambah keakraban atau kenyaman tamu. Sedikit basa-basi untuk membuka pembicaraan boleh juga, karena biasanya orang yang bertamu walaupun memiliki maksud tertentu, dia tidak langsung ke pokok permasalahannya, tetapi diawali dengan basa-basi atau pembicaraan yang bersifat umum.Â
Kalau langsung menyampaikan pokok persoalan, justru akan menyebabkan kesan kaku dan formal, kecuali jika memang dalam yang mendesak atau waktunya mepet atau orang yang dituju sedang sibuk.