Untuk melakukan hal tersebut, selain menuliskannya sendiri, bisa saja dia meminta bantuan penulis penulis pendamping (co-writer) atau "penulis hantu" (ghost writer) karena dia memiliki keterbatasan kemampuan menulis.
Kemampuan menulis bisa dipelajari. Begitu pun kemampuan public speaking. Hal tersebut dapat dikuasai melalui membaca buku-buku tentang public speaking, kursus, atau latihan secara mandiri.
Intinya, kemampuan public speaking bagi seorang penulis akan menjadi modal yang sangat berharga atau bisa menjadi nilai tambah bagi dirinya untuk semakin memperkenalkan dirinya kepada para pembaca atau publik.
Eksistensi atau kebutuhan untuk diakui keberadaannya atau kemampuannya adalah bagian dari kebutuhan psikologis seorang manusia. Kemampuan menulis dan juga public speaking adalah dua kemampuan yang bisa menunjukkan eksistensi seseorang. Tulisan yang mudah dipahami dan gaya penuturan yang menarik akan menjadi magnet atau daya tarik bagi para penggemar.
Seorang narasumber yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni bahkan sudah menulis sekian banyak tulisan yang bermutu, tapi kalau saat presentasi di hadapan audience membosankan, maka dia akan cenderung ditinggalkan atau diabaikan oleh mereka karena merasa bosan dengan paparannya yang monoton.
Penggunaan kalimat yang jelas dan dan gaya bahaya yang disesuaikan dengan karakteristik audience akan sangat membantu efektivitas kegiatan public speaking. Sesekali boleh diselingi dengan humor atau ice breaker untuk mengusir kebosanan.
Menjadi penulis ditambah jadi pembicara yang hebat akan menjadi pembeda seorang penulis di antara penulis-penulis lainnya. Penulis sekaligus pembicara baik itu keren lho! Tidak percaya? Silakan coba sendiri.
Oleh: IDRIS APANDI
(Penulis dan Praktisi Public Speaking)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H