Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peningkatan Mutu Literasi untuk AKM yang Bermutu

23 November 2020   08:57 Diperbarui: 23 November 2020   09:02 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENINGKATAN MUTU LITERASI UNTUK AKM YANG BERMUTU

Oleh: IDRIS APANDI

(Prakisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

 Salah satu bentuk dari Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) adalah Asesmen Kompetensi Mininum (AKM) kepada siswa kelas 5 SD/MI, 8 SMP/MTs, dan 11 SMA/MA/SMK. 

Sekolah walah setiap sekolah pada jenjang tersebut wajib mengikutinya, tetapi sasaran siswanya sampling. Kelas 5 SD/MI maksimal sebanyak 30 orang, sedangkan kelas 8 SMP/MTs, dan 11 SMA/MA/SMK maksimal 45 orang. AKM tidak ada kaitannya dengan kelulusan siswa dari satuan pendidikan.

AKM bertujuan untuk memotret atau memetakan kemampuan siswa pada literasi (membaca) dan numerasi (berhitung). Membaca dan berhitung merupakan dua kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang siswa. Sebenarnya hal ini bukan hal yang baru. 

Dulu, waktu saya belajar di SD (1986-1991), guru mengajarkan Calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Para peserta didik di-drill oleh guru agar bisa calistung. 

Walau calistung diajarkan dari kelas 1, tetapi ada juga siswa yang kelas 2, 3, bahkan 4 baru bisa membaca atau menulis dengan lancar. Hal ini disebabkan karena tingkat kecepatan belajar setiap siswa berbeda.

Dalam konteks saat ini, membaca bukan hanya artikan hanya bisa membaca kata kalimat, atau paragraf, tetapi lebih kepada memaknai, menganalisis, atau mengkritisi sebuah bacaan. Membaca pun bukan hanya diartikan membaca teks, tetapi juga "membaca" konteks yang tentunya lebih luas dari sekadar membaca teks.

Begitu pun dalam konteks berhitung, bukan hanya mengenal angka atau dapat melakukan operasi penjumlahan yang sederhana, tetapi lebih kepada menganalisis data dalam bentuk angka-angka, menghubungkan data yang satu dengan lainnya, menyelesaikan permasalahan yang disertai data, angka-angka, dan sebagainya.

Membaca dan berhitung sebenarnya adalah dua literasi dasar. Secara sederhana literasi diartikan sebagai kemelekkan. Oleh karena itu, orang yang melek terhadap sebuah informasi atau pengetahuan suka disebut sebagai orang literat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun