Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Sekolah dan Orangtua Menyikapi AKM?

20 November 2020   08:11 Diperbarui: 20 November 2020   08:20 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

BAGAIMANA SEKOLAH DAN ORANG TUA MENYIKAPI AKM?

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan)

Tahun 2021 Kemendikbud akan melaksanakan Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN) dan UJian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). AN terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu: (1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) pada jenjang SD/MI SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, (2) survei karakter, dan (3) survei lingkungan belajar. Tujuannya adalah untuk PEMETAAN MUTU PENDIDIKAN yang akan dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan terkait peningkatan mutu pendidikan.

Terkait dengan AKM, hal ini bertujuan untuk memotret kemampuan siswa dalam hal kognitif (membaca/literasi dan numerasi) peserta didik. AKM TIDAK MENENTUKAN KELULUSAN peserta didik dari satuan Pendidikan. AKM pun tidak ada kaitannya dengan perangkingan atau penilaian kinerja sekolah.

AKM wajib diikuti oleh setiap sekolah tapi pesertanya SAMPLING yaitu kepada peserta didik kelas 5 SD/MI (maksimal 30 orang peserta didik), kelas 8 SMP/MTs (maksimal 45 orang peserta didik), dan kelas 11 SMA/MA/SMK (maksimal 45 orang peserta didik). Adapun soal yang wajib dikerjakan yaitu sebanyak 30 SOAL bagi peserta didik kelas 5 SD/MI dan masing-masing sebanyak 36 SOAL untuk peserta didik 8 SMP/MTs, dan kelas 11 SMA/MA/SMK. Soal-soal yang diberikan tidak fokus pada mata pelajaran tertentu, tetapi soal-soal yang merangsang kemampuan berpikir kritis dan analitis peserta didik dan mengasah kemampuan membaca/literasi dan numerasi. (Sumber: Pusmenjar Kemendikbud, 2020).

Berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) tahun 2018, pada kompetensi membaca, Indonesia berada pada urutan 72 dari 77 negara, pada kompetensi matematika, berada pada urutan 72 dari 78 negara, dan pada kompetensi sains, berada pada urutan 70 dari 78 negara (Kompas, 05/04/2020). Hal inilah yang mendorong Kemendikbud melaksanakan AKM, yaitu agar kemampuan peserta didik dan mutu lulusan terus meningkat dan bisa kompetitif pada level internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS).

Walau sebenarnya Kemendikbud telah menyampaikan informasi dan sosialisasi terkait AN dan AKM, tetapi di lapangan masih ada kesimpangsiuran. Seolah-olah AKM sama dengan UN, padahal tujuan, bentuk, dan sasarannya berbeda. Menurut saya, AKM justru akan jadikan sebagai sarana bagi Kemendikbud untuk mengevaluasi dan merefleksikan dirinya. Hasil dari AKM adalah gambaran dari sejauh mana pembinaan peningkatan mutu pendidikan yang telah dilakukan.

Jika hasil AKM masih belum sesuai dengan harapan, maka Kemendikbud akan mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan mutu lulusan, seperti kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dan pembiayaan. Beberapa hal tersebut yang nantinya akan terus ditingkatkan. Sampai dengan saat ini 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) menjadi pekerjaan rumah yang masih terus ditingkatkan oleh Kemendikbud.

Ada guru dan orang tua yang bertanya kepada saya, apakah dalam rangka mempersiapkan peserta didik mengikuti AKM, mereka harus di-drill mengerjakan soal-soal latihan AKM seperti halnya saat mau mengikuti UN? Menurut saya, para guru tidak perlu men-drill peserta didik mengerjakan soal-soal latihan AKM, sehingga cenderung mengabaikan mata pelajaran yang lain.

Laksanakan saja KBM yang berkualitas dan bermakna bagi peserta didik, laksanakan pengukuran hasil belajar secara otentik dan objektif baik melalui tes formatif maupun tes sumatif.  Toh, sasarannya juga bukan peserta didik yang berada di kelas akhir, tapi kelas sebelum kelas akhir (kelas 5, 8, dan 11), sehingga hasil AKM nantinya bisa ditindaklanjuti oleh guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Apakah orang tua perlu memasukkan anak ke Bimbel (Bimbingan Belajar) untuk menghadapi AN/AKM? hal itu sepenuhnya diserahkan kepada pertimbangan dan keputusan orang tua masing-masing, karena kondisi setiap orang tua berbeda-beda. Walau demikian, jika mengacu kepada pernyataan dari Mendikbud Nadiem Makarim yang tersebar di berbagai media, Beliau menyatakan bahwa tidak perlu ada persiapan khusus atau bimbel menjelang AN/AKM, karena hal tersebut akan menjadi beban psikologis.

AN/AKM tidak mengukur prestasi atau kinerja peserta didik secara individu, tetapi untuk memetakan dan mengevaluasi sistem pendidikan nasional. Makanya dilakukan secara sampling, dan tidak diberikan pada saat peserta didik berada pada kelas akhir. Intinya, guru dan orang tua tidak perlu cemas dengan AN/AKM.

Berdasarkan kepada hal tersebut, saya ingin menegaskan bahwa AKM dan ujian kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan adalah dua hal yang berbeda dan memiliki tujuan yang berbeda. AKM adalah salah satu bentuk pemetaan mutu pendidikan dan akan dijadikan sebagai dasar untuk peningkatan mutu pendidikan secara nasional, sedangkan ujian kelulusan peserta didik sepenuhnya diserahkan kepada sekolah dan diberikan kepada peserta didik yang berada pada kelas akhir. Wallaahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun