Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Solusi Bijak Mengatasi Kejenuhan Belajar dari Rumah

8 November 2020   19:51 Diperbarui: 11 November 2020   05:38 1445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bosan belajar dari rumah | sumber: KOMPAS.com

Meski bukan sebuah pilihan terbaik, Belajar Dari Rumah (BDR) tetap merupakan pilihan relatif aman untuk mengantisipasi penularan virus Covid-19.

Idealnya, pada saat BDR, guru menyiapkan materi ajar dan strategi pembelajaran BDR. Para peserta didik idealnya belajar dengan semangat walau dalam keterbatasan. Orangtua pun idealnya menemani dan mendampingi anak saat BDR.

Untuk mewujudkan BDR yang efektif, para guru banyak telah melakukan berbagai upaya, baik melalui pembelajaran secara daring (dalam jaringan/online) maupun secara luring (luar jaringan/offline).

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran dihadapkan pada berbagai tantangan seperti masalah sarana dan prasarana (smartphone/ laptop), sinyal internet yang kurang stabil, bahkan sama sekali tidak ada akses internet. Belum lagi soal beban biaya kuota internet walau dalam perkembangannya Kemendikbud memberikan bantuan kuota internet bagi guru dan peserta didik.

Walau berbagai upaya telah dilakukan agar BDR efektif dan menyenangkan, hasil survei dari beberapa lembaga menghasilkan data yang relatif sama, yaitu siswa dan orang tua jenuh dengan BDR.

Begitupun dengan para guru. Banyak yang merasa jenuh dengan pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Jadi, intinya, ketiga pihak tersebut sama-sama merasa jenuh.

Saat guru melaksanakan pembelajaran daring melalui video conference, ada peserta didik yang mengakalinya dengan menghidupkan video di awal pembelajaran dan setelah itu videonya dimatikan dengan alasan menghemat kuota internet atau supaya sinyalnya lebih bagus.

Entah, apakah dia mengikuti pembelajaran dengan seksama sampai dengan akhir atau tidak. Saat mengumpulkan tugas melalui google classroom, ada peserta didik yang copas tugas dari temannya dengan sedikit modifikasi agar tidak diketahui oleh guru, walau tentunya guru pun tidak semudah itu diakali oleh peserta didiknya.

Ada cerita yang lebih "dramatis" di balik BDR, yaitu ada peserta didik bunuh diri (walau belum tentu BDR sebagai penyebab utamanya), ada peserta didik yang memilih menikah atau dinikahkan oleh orang tuanya, atau lebih memilih bekerja membantu orang tua karena sudah bingung apa yang harus dilakukan selama BDR.

BDR yang awalnya dianggap menjadi alternatif solusi yang paling aman menghindari penularan Covid-19, kini justru dinilai menjadi masalah: Pertama, terjadinya penurunan kualitas belajar (learning loss), dan kedua peserta didik menjadi lupa (baca: malas) dengan sekolah karena sudah merasa terbiasa belajar dari rumah.

Mereka dikhawatirkan sudah tidak lagi menganggap penting belajar dari rumah. Tadinya, mereka rindu dengan guru dan temannya, tapi seiring dengan berjalannya waktu, maka rasa rindu itu kian pudar, karena ikatan emosional yang semakin lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun