PTS disamping menjadi sarana baginya untuk melakukan tindakan untuk penyelesaian masalah dan meningkatkan mutu sekolah, juga untuk membangun kebiasaan meneliti dan menulis. Alangkah baiknya jika seorang kepala sekolah terampil menulis, karena hal tersebut akan menjadi modal penting baginya untuk membangun budaya literasi di sekolah.
Seorang kepala sekolah tentunya tidak dapat bergerak sendiri. Dia memerlukan peran serta dari pendidik dan tenaga kependidikan. Sebagai seorang pemimpin, dia harus memberdayakan para guru dan tenaga kependidikan dalam mencapai visi dan misi sekolah. Setiap kepala sekolah tentunya memiliki visi dan misi terkait dengan sekolah yang dipimpinnya.Â
Dia ingin membuat sejarah dan meninggalkan jejak kepemimpinan yang baik setelah dia tidak memimpin lagi di sekolah tersebut. Walau demikian, karena menyangkut sebuah institusi, maka visi dan misi yang dibuat bukan lagi visi sebagai pribadi, tetapi dijabarkan dalam visi dan misi sekolah. Oleh karena itu, dalam menyusun atau merumuskannya, kepala sekolah perlu melibatkan guru dan tenaga kependidikan agar mereka merasa punya komitmen dan ikut bertanggung jawab dalam mewujudkan visi dan misi sekolah.
Visi dan misi sekolah boleh beragam, tetapi substansinya adalah untuk melahirkan lulusan yang cerdas dan berkarakter sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 3 menyatakan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Dalam meningkatkan mutu sekolah, selain memberdayakan dan mengoptimalkan potensi sumber daya internal (SDM dan materi), juga harus mampu membangun kemitraan Komite Sekolah dan pihak eksternal dunia usaha/industri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan berbagai pemegang kepentingan (stakeholder) lainnya.
Tantangan yang dihadapi oleh sekolah akan semakin dinamis dan kompleks dalam menjawab tantangan zaman. Oleh karena itu, sosok kepala sekolah kreatif, inovatif, dan "out of the box" diperlukan dalam memimpin sekolah. Seorang kepala sekolah harus siap menjemput bola dan menangkap sekecil apapun peluang untuk peningkatan mutu sekolah. Dengan kata lain, jiwa kewirausaan (entrepreneurship) seorang kepala sekolah perlu terus diasah dan ditingkatkan.
Penguatan kompetensi kewirausahaan khususnya dalam konteks membangun kemitraan dengan pihak eksternal akan ditunjang dengan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang matang dan stabil. Saat membangun kemitraan dengan pihak dengan pihak lain, tentunya diperlukan kemampuan komunikasi, kemampuan berinteraksi, dan kemampuan bersosialisasi yang baik. Hal ini tentunya hanya bisa dilakukan kalau memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial yang baik.
Seorang kepala sekolah tentunya ingin lingkungan sekolah yang dipimpinnya bersih dan tertata rapi. Oleh karena itu, pada umumnya jika kepala sekolah diangkat di sekolah yang baru, maka biasanya hal yang pertama kali menjadi fokus perhatiannya adalah menata lingkungan sekolah, mengecat dinding sekolah, memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak, mengadakan sarana baru yang diperlukan untuk menunjang program atau kegiatan sekolah.Â
Mengapa demikian? karena lingkungan fisik sekolah adalah hal yang paling tampak dan paling tangible (terukur) oleh masyarakat. Saat lingkungan fisik sekolah dinilai sudah baik, maka fokus berikutnya adalah meningkatkan mutu guru dan tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum, dan sebagainya.
Walau demikian, menurut saya, ukuran kinerja seorang kepala sekolah bukan hanya terletak pada fisik bangunan sekolah yang mentereng, tetapi mampu menghasilkan lulusan yang bermutu, mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dapat diserap oleh pasar tenaga kerja, dan bermanfaat bagi masyarakat. Ruh dalam mewujudkan lulusan yang bermutu adalah pada proses pembelajaran. Hal ini tentunya erat kaitannya dengan mutu guru sebagai ujung tombak pembelajaran.
Bagaimana karakter atau ciri lulusan yang bermutu? tentunya yang menjadi patokannya adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Sekolah melalui berbagai program yang dilaksanakannya, baik kegiatan intrakurikuler, kegiatan kokurikuler, maupun kegiatan ekstrakurikuler bermuara kepada pencapaian SKL tersebut.