Mohon tunggu...
IDRIS APANDI
IDRIS APANDI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Buku Panduan/Pedoman

23 Oktober 2020   23:25 Diperbarui: 3 Juni 2021   09:07 4553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sistematika sebuah buku panduan/pedoman disesuaikan dengan tujuan, sasaran, dan kebutuhannya. Walau demikian, pada prinsipnya diupayakan sesederhana mungkin. Bahasa atau kalimat yang digunakan mudah dipahami oleh pembaca yang beragam.

Baca juga: Buku Pedoman*: Jembatan Kurikulum Baru

Hindari pembahasan yang terlalu teoretis dan bertele-tele, karena informasi yang dicari oleh pembaca biasanya adalah langkah-langkah untuk mengikuti kegiatan atau melakukan sebuah pekerjaan. Jumlah halamannya jangan teralu tebal karena pembaca akan bosan membacanya. 

Meskipun belum ada aturan jumlah minimal halaman sebuah buku panduan/pedoman, menurut saya, jumlah halamannya maksimal 15-20 hal, kecuali karena kepentingan tertentu, jumlah halamannya bisa lebih dari 20 hal.

Gambar, urutan langkah, dan penjelasan pada buku panduan/pedoman harus benar-benar jelas, informatif, komunikatif, dan aplikatif. Oleh karena itu, pada sebuah buku panduan/pedoman perlu disajikan gambar, diagram, flow chart, dan penjelasan yang singkat, padat, dan jelas. 

Lebih bagus lagi jika disajikan menggunakan warna yang berbeda agar pembaca semakin mudah memahaminya. Kata-kata yang memerlukan penjelasan lebih lajut atau dianggap berpotensi ambigu (bermakna lebih dari satu) diberikan penekanan atau keterangan tambahan.

Seorang peserta diklat atau workshop saat membaca buku panduan/pedoman yang biasanya terdiri dari 3 bab, setelah membaca sampul bukunya, terus membaca BAB I PENDAHULUAN secara sepintas saja karena biasanya berisi hal-hal yang bersifat ideal normatif seperti latar belakang, dasar hukum, tujuan, sasaran, dan hasil yang diharapkan.

Peserta diklat kemudian membaca BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN dengan cukup detail, karena pada bab tersebut membahas seputar informasi dan hal-hal yang bersifat teknis, misalnya nama kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, daftar nama panitia, daftar nama narasumber/ fasilitator, struktur program, jadwal kegiatan, daftar nama peserta, tata tertib peserta, dan sumber anggaran kegiatan.

Baca juga: Pendidikan Wakil Rakyat Beragam, Karlie Terbitkan Buku Pedoman Hukum

Diantara sekian banyak hal yang terdapat pada Bab II tersebut, pada umumnya peserta lebih tertarik atau lebih fokus membaca struktur program atau jadwal kegiatan. BAB III PENUTUP hanya dibaca sepintas bahkan tidak dibaca sama sekali karena hanya dianggap sebagai basa-basi untuk mengakhiri sebuah buku panduan/pedoman.

Seseorang yang ingin mendaftar lomba menulis, pada buku panduan/pedomannya pasti akan langsung mencari informasi seputar jenis karya tulis yang dilombakan, apa syarat-syaratnya, bagaimana teknis pengiriman naskahnya, apa kriteria penilaiannya, dan kapan deadline pendaftarannya, apa hadiah yang didapatkan oleh pemenang lomba, kapan pengumuman pemenang, dan apa media yang yang digunakan untuk mengumumkan hasil lomba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun